RESUME BUKU
“DARI GERAKAN KE NEGARA"
DARI NEGARA KE GERAKAN
Tanah dalam agama ini adalah persoalan kedua, tanah hanya
akan menjadi penting ketika komunitas “manusia baru” telah terbentuk dan mereka
membutuhkan wilayah untuk bergerak dan diakui dunia. Hijrah dalam sejarah dawah Rosululoh saw., adalah
sebuah metamorfosis dari “gerakan” menjadi Negara. Jika individu membutuhkan akidah maka Negara membutuhkan perangkat
system.
Apa yang dilakukan Rasulullah saw. Sebenarnya relatif sama dengan yang mungkin dilakukan para
pemimpin politik yang baru mendirikan Negara. Pertama,membangun infrastruktur.
Kedua, menciptakan kohesi sosial. Ketiga, membuat nota kesepakatan untuk hidup bersama
dengan komunitas lain yang berbeda, melalui Piagam Madinah. Keempat, merancang
system pertahanan Negara melalui konsep Jihad fi Sabilillah.
Rosulullah melakukan tahapan ini untuk menegakan negara.
Sebuah negara membutuhkan dua bahan dasar: manusia dan sistem, serta dua tambahan bahan dasar: tanah dan jaringan
sosial. Manusialah yang
mengisi suprastruktur, sedangkan sistem sebagai perangkat lunak. Islam adalah
sistem itu. Selain dua bahan itu, juga perlu pendukung lainnya yakni tanah dan
jaringan sosial. Jika keempat unsur itu dimasuki unsur ilmu pengetahuan dan
unsur kepemimpinan maka keempat unsur tersebut akan bersinergi dan tumbuh lebih
cepat.
Begitulah transformasi itu terjadi. Ketika gerakan dakwah
menemui kematangannya, ia menjelma menjadi negara. Proses ini mengajari kita
dua hal besar : tantang hakikat dan tujuan dakwah serta setrategi perubahan
sosial dan yang kedua adalah tentang hakikat negara dan fungsinya.
PERUBAHAN SOSIAL
Tujuan dakwah adalah mengejawantahkan kehendak-kehendak
Allah Swt.— yang kemudian disebut dengan agama, atau syari’ah dalam kehidupan
manusia. Model perubahan yang dilakukan Rasulullah saw. Mempunyai landasan pada
sifat natural manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat. Inilah makna
firman Allah Swt. Dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 11.
FUNGSI NEGARA
Dalam konsep politik Islam, syari’at atau sistem atau
hukum adalah sesuatu yang sudah ada, given. Sebagai institusi, negara
selaluberuba mangikuti perubahan struktur sosial dan budaya manusia. Oleh
karena itu, semua ini merupakan variabel yang terus berubah, dinamis, dan tidak
statis, maka Islam tidak membuat batasan tertentu tentang negara. Namun
demikian, akan terjadi kesalahan besar jika menyederhanakan makna negara Islam
dengan membatasinya hanya dengan permasalahan hukum, pidana dan perdata, serta
etika sosial politik lainnya. Kesejahteraan dan keamanan suatu pemerintahan
bertumpu pada manusia dimana hanya ”orang kuat yang baik” yang dapat
menciptakannya. Inilah makna hadist Rasulullah saw. Yang berbunyi ”Lelaki
mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada laki-laki mukmin
yang lemmah”. Inilah sesungguhnya misi
gerakan Islam: melahirkan orang-orang baik yan gkuat atau orang-orang kuat yang
baik.
NEGARA UNTUK SEBUAH
PERADABAN
Perang Khandak adalah perang besar terakhir yang
dilakukan Rasulullah saw. Perang ini segaligus menutup tahapan defansif di
Madinah, dan terbukannya babak baru, yakni ekspansif, sesuai sabda Rasul saw. ”Sekarang
kita yang menyerang mereka, dan mereka takkan menyerang kita lagi”.
PERADABAN YANG MEMBEBASKAN
Hanya
sekitar lima puluh tahun Islam telah mampu menguasai seluruh bnua tua : Asia,
Eropa, dan Afrika. Wilayah Islam itu
semakin meluas pada masa pemerintahan bani Umayyah. Dalam rentang waktu itu,
Islam telah menguasai lebih dariseparuh wilayah bumi yang dihuni manusia. Meskipun
pasukan Tartar dan perang salib sempat mengoyak sebagian wilayah Islam, tapi
peradaban Islam terus jaya hingga satu millenium.
NEGARA PERADABAN ATAU SUPER STATE
Negara
bukanlah akhir, tapi justru awal sebuah peradaban. Bila diringkas, tahapan pertumbuhan
Islam adalah manusia, negara, dan peradaban. Jika misi Islam adalah menegakan
peradaban yang menjadi soko guru peradaban, maka tidak mungkin misi it diemban
oleh sebuah negara kecil. Negara Islam adalah negara risalah yang hanya
berhentu tumbuh ketika risalah itu telah menjadi kenyataa hidup. Yang permanen dalam politik Islam adalah fungsi negara
sebagai instrumen penegak syari’at Allah Swt. Apapun jenis dan bentuk
negaranya.
WACANA NEGARA MASA DEPAN
Pada awal dekade
90-an John Naisbitt maramalkan akanmuncul negara-negara kecil berbasis etnis
atau agama atau ekonomi yang efektif. Negar kecil, besar, etnis ataupun super
sekaligus, permasalahannya bukan terletak pada bentuk. Melainkan pada konsep
kekuasaannya, misi dan kekuasaan yang diperlukan untuk itu. Oleh karena itu,
inilah saatnya kaum Muslimin untuk menunjukan konsep kenegaraan mereka.
MANUSIA UNTUK SEBUAH CITA-CITA
Sejarah pada masa Rosulullah saw. Kemudian mengajarkan
kita sebuah kaidah bahwa risalah yang agung haruslah dibawaoleh seorang rasul
yang agung; bahwa sebuah misi haruslah sebuah misi besar haruslah diemban oleh
seorang manusia besar; bahwa amanat yang berat harus dipikul oleh seorang
laki-laki yang kuat; bahwa sebuah pedang yang tajam hanyalah akan berguna
bila berada dalam genggaman tangan
seorang pahlawan pemberani; bahwa sebuah peradaban hanya dapat dibangun di atas
altar sejarah oleh manusia-manusia peradaban.
KONSEP DAN PELAKU
Islam pun “terwariskan” dari masa ke masa bersamaan dengan
terwariskannya kebesaran Rasulullah saw. dan para sahabat. Ilmu dan
kenegarawanan mereka. Begitulah islam mengalir dalam sejarah keabadian. Obor
kebenaran itu dibawa oleh akal-akal raksasa para ulama, kepemimpinan yang andal
para khulafa, dan tangan-tangan perkasa para mujahidin.
INILAH MASA KITA
Sekarang
ketika ideologi-ideologi besar berguguran di penghujung abad XX, Islam menjadi
satu-satunya pilihan bagi umat manusia dan inilah yang memunculkan kecemasan
masyarakat Barat. Tetepi jarak yang terbentang antara peluang Islam menjadi
ideologi dunia dan kemampuan kaum muslimin untuk merebut peluang amat jauh,
inilah yang menjadi masalah kita.
TIGA LANGKAH PERADABAN
Oleh
karena itu, tugas peradaban kita saat iniadalah mendekatkan jarak itu, jarak
antara Islam dan manusia Muslim. Manusia Muslim harus direkonstruksi ulang
dalam tiga tahapan: pertama, kita harus memperbaiki afiliasinya kepada
Islam kembali, berislam atas dasar kepahaman. Kedua, membawa mereka ke dalam komunitas Muslim yang
besar, di mana menjadi masyarakat yang berperan aktif. Ketiga, menjamin bahwa
setiap orang berpartisipasi dengan optimal.
MENCARI SANG ARSITEK
Setelah limabelas abad kemudian, Islam menjadi fenomena
sejarah sebagai sebuah peradaban terbesar yang pernah ada hingga saat ini. Peradaban besar selalu bermula dari gagasan
yang besar pula yang lahir dari akal-akal raksasa. Kesadaran ini yang terbentuk
sejakdini di benak para pembesar Islam. Mereka sadar bahwa Al-Qur’an adalah sebuah
petunjuk manual tentang bagaimana seharusnya mengelola ekhidupan di Bumi.
IJTIHAD: MATAAIR PERADABAN
Kerangka
kerjaintelektual Muslim terpola dalam fungsi-fungsi arsitektural di mana mereka
bekerja sebagai master plan. Kemampuan akal Muslim bukan hanya pada daya
serapnya yang sangat besar terhadap semua jenis ilmu pengetahuan, tetapi juga
kemampuannya dalam mengkritisi ilmu-ilmu baru ynag sampai pada mereka. Dengan
kata lain, akal-akal mereka mampu memahami jamannya, dan sekaligus memberi
sesutu yang baru dan amat kontributif terhadap jamannya. Tapi sekarang kenyataannya, akal muslim tampaknya telah
lumpuh, dan halini menjadi masalah yang paling krusial dar seluruh problematika
umat kita yang terkait dengan manusia Muslim. Yang harus kita lakukan adalah
memparbaiki cara kita memahami Al-Qur’an dan sunnah, serta warisan intelektual dari peradaban kita
untuk menemukan metode kita sendiri.
KONSILIDASIKAN KEMBALI
UMAT
Masyarakat yang tidak terorganisai menyimpan berbagai
kerapuhan dalam dirinya; kekuatannya terpecah dan tidak solid; emosi
kolektifnya tidak sama karenanya kehilangan semangat pembelaaan; mempunyai
pemimpin yang ada secara fisik, tetapi tidak memiliki fungsi kepemimpinan;sering
bertemu tetapi tidak merumuskan apa-apa, tidak ada kebanggaan kolektif sehingga
sulit untu dikonsolidasikan. Keragaman menjadi sumber perpecahan, dan
keunggulan-keunggulan individu tidak terakomodir dengan baik sehingga mengalami
disfungsi. Dan tidak memilik kesiapan yang memadai untuk mengantisipasi
tantangan.
MENGORGANISAAI MASYARAKAT BARU
Pada masa
Rosulullah saw. basis organisaai masyarakat terbangun dan dari hal itu ikatan
iman berhasil menyatukan berbagai klan bangsa Arab yang tadinya tenggelam dalam
perang saudara yang tidakperna usai. Dalam masyarakat baru itu, ikatan darah
dan tanah menjadi sekunder, dan karenanya setiap orang menemukan posisi, fungsi
dan keunggulan masing-masing dengan tepat untuk meledakkan potensi besar mereka
bagi masyarakat.
MAKNA UMAT DAN MASYARAKAT ORGANISASI
Bila kata
’umat diuraikan lagi secara bahasa maka dtemukan rangkaian makna yang secara
kesluruhan menampakkan makna organisasi dalam dirinya. Kata umat— dalam
Al-Qur’an—mempunyai arti: individu yang memimpin, risalah atau jalan hidup,
kelompok pengikut, waktu atau sejarah. Prasyarat psikologis suatu umat adalah
bahwa utuk menjadi bagian dari umat, setiaporang arus menerima risalah itu
sebagai cita-cita dan sistem hidupnya secara sadar, dengan sepenuh akal dan
jiwanya. Jika ini trepenuhi, selanjutnya adalah mendistribusikan semua
pekerjaan yang harus dilakukan dalam rangka cita-cita luhur mereka.
Persoalan
kita saat ini adalah bahwa prasyarat psikologis itu justru belum terpenuhi,
sehingga kita tidak utuh sebagai umat. Dari sinilah setiap individu Muslim saat
ini harus memperbaharui kembali komitmennya kepada risalah dan jalan hidupnya
sebagai Muslim. Setiap da’i harus menjadikan masalah ini sebagai agenda utama
dalam dakwahnya.
KEMENANGAN DI DALAM
JIWA, KEMENANGAN DI DALAM NYATA
Dalam perang Badar yang terjadi pada bulan Ramadhan
sesungguhnya terjadi dua kemenangan besar sekaligus. Ynag satu telah mendahului
yang lainnya, bahkan menjadi penyebab dan pengantarnya. Kemenangan pertama
adalah kemenangan di alam jiwa, kemenangan di alam roh. Itulah rahasianya,
kenmenangan hakiki sesungguhnya terjadi pertama kali di alam jiwa,yakni kepercayaan
yang mengalahkan keraguan, pertempuran adalah bagian dari perang, dan perang
yang sesungguhnya terjadi dalam semua dimensi. Rahasia kemenangan jiwa itu
karena puasa. Kemenangan kedua di alam nyata adalah sebuah kemenangan di alam
jiwa. Namun, kemenangan di alam jiwa mempunyai satu rahasia, puasa.
MITOS-MITOS TENTANG
SYARI’AT DAN JAWABANNYA
Tuntutan penerapan syari’at Islam mencuat kembali dalam
sidang tahunan MPR awal November 2001 yang lalu. Dapt kita simpulkan bahwa
masyarakat Islam di Indonesia mengalami suatu proses kembali ke jatidiri di
mana Islam sebagai basis identitasnya. Jadi, baik pada tataran sosial kultural
maupun tataran politik praktis, tuntutan penerapan syari’at Islam telah menjadi
fenomena yang eksist dan mengejawantah secara kuat. Menelusuri perkembangan
internal maupun eksternal umat Islam dalam agenda ini menjadi penting bagi kita
karena dengan begitu kita merumuskan suatu pola pembahasan yang lebih baik dan
lebih tepat dengan lingkungan pemikiran dalam mengusung agenda penerapan
syari’at Islam. Kita menemukan agenda penerapan Syari’at Islam sedikit mendapat ganjalan dalam lingkungan
pemikiran tersebut, hal ini merupakan aibat dari berbagai kesamaran atau
sesuatu yang sering kita sebut dengan mitos/syubhat.
Mitos yang paling mengganjal ada empat, yakni:
1.
Syari’at tidak relevan lagi.
2.
Syari’at tidak manusiawi.
3.
Masyarakat tanpa dosa.
4.
Keraguan syari’at bagi mereka,
Munculnya mitos-mitos ini disebabkan oleh reaksi orang
lain atau caramereka menyikapi kita sebagaiumat yang lemah dan tidak
berdayaoleh suatu ketidakpercayaan.
Kita dapat menjawab mitos tentang relevansi Islam dengan
jaman modern dengan menjelaskan bagaimana Islam telah berhasil membangun suatu
peradaban besar, mitis tentang hukum pidana yang terlalu kejam dan tak
manusiawi dwngan menjelaskan akalpersoalannya yakni tentang fungsi hukum dalam
mengurangi angka kriminalitas serta betapaefektifnya hukum pidana Islam
melakukan fungsi tersebut, mitos tentang masyarakat Islam sebagi masyarakat
malaikat dengan menjalaskan sisi-sisi manusiawi dari masyarakat Islam yang
pernah ada di Madinah pada zaman Rosulullah saw. Bahwa masyarakat Islam itu
bukanlah masyarakat bukanlah Masyarakat malaikat yang serba suci dan tanpa
dosa, mitos politik historis dengan menjelaskan bahwa sistem demikrasi
tetapmembuka peluang bagi setiap kelompok dalam masyarakat untuk memeperjuangkan
asashidupyang merekainginkan bagi diri mereka sendiri. Kita juga bisa menjawab
mitis lain namun jawaban-jawaban tersebut masih dalam kerangka pembelaan diri
atau apologi maka jawaban-jawaban kita tidak akan pernah menghasilkan penerimaan
yang luas dan menyeluruh terhadap tunttan penerapan syari’at Islam.
Diperlukan suatu
terobosan untuk membahasakan tuntutan kita untuk menerapkan syari’at Islam. Hal
yang dapat dilakukan adalah.
1.
Menunjukan adanya poltical
will yang jujur dan kuat.
2.
Memenangkan wacana
publik dengan mengkomunikasikan Islam kepada masyarakat secara lebi baik.
3. Menggunakan bahasa kenyataan, dibanding bahasa yang lain.
UMUR INTEGRITAS KITA
Dalam wacana pemikiran nasional, biasanya ada mitos yang
mempertentangkan Islam dan nasionalisme. Dalam sejarah plitik nasional,
penghapusan tujuh kata dalam piagam Jakarta selalu dipersepsi sebagai simbol
kelapangan dada umat Islam terhadap saudara-saudara non-Muslim mereka sebab ada
ancaman pemisahan diri sebagai wilayah Indonesia yang didominasi non-Muslim,
jika tujuh kata yang mengharuskan penerapan syari’at Islam itu dipaksakan.
Kesalahan kita adalah bahwa kita memandang perkara
kesatuan dari pendekatan parsial, yaitu dari pandangan ideologi semata. Kita
perlu memisahkan dua perkara yang boleh jadi tidak saling terkolerasi atau
terkolerasi dengan cara lain, yaitu tuntutan penerapan syari’at Islam dengan
fenomena disintegrasi.
Al-Mawardi, dalam kitab Adab Al-Dunya wa Ad-Dien,
menngatakan bahwa umur persatuan sebuah bangsa sesungguhnya ditentukan oleh
keadilan dalam bangsa itu. Namun kenyataannya, kedzaliman telah mencabut
kepercayaan rakyat yang paling dalam terhadap manfaat kebersamaan dalam sebuah
wadah negara. Mereka pun bergerak mencari wadah lain. Transformasi pada teori
tentang model negara, biasanya, selalu diawali dengan degradasi yang signifikan
pada kemampuan model negara yagn ada dalam mewadahi kepentingan pragmatis
masyarakatnya. Saat ini lingkungan stategis kita berubah secara mendasar
setelah era globalisasi, di mana salah satu implikasinya adalah lemahnya fungsi
teritorial dari konsep negara bangsa.
Jika ada upaya yang
serius untuk mencari upaya baru dari model negara bangsa, yang mungkin bisa
dipakai untuk menyederhanakannya adalah bahasa “post nation state”. Teori
konspirasi juga dapat menjelaskan gejala disintegrasi yang terjadi di negara
kita dan kawasan lain. Namun, yang membuat konspirasi itu sukses adalah kondisi
internal negara kita sendiri. Adalah sebuah kebodohan yang tidak dapat
dimaafkan untuk mengatakan bahwa tuntutan penerapan syari’at islam akan memicu
proses disintegrasi nasional.
BERAMAL ISLAMI DI DALAM
DAN MELALUI JAMA’AH
Jama’ah adalah alat yang diberikan Islam bagi umatnya
untuk menghimpun daun-daun yang berhamburan, supaya kekuatan setiap orang
saleh, orang hebat atau suatu potensi bertemu padu dengan kekuatan saudaranya
yang lain, yang sama salehnya, yang sama hebatnya, yang sama potensialnya. Maka
jalan menuju kebangkitan kembali umat ini harus dimulai dari mengimpun
daun-daun yang berhamburan itu, merjut kembali jalinan cinta diantara mereka,
menyatukan potensi dan kekuatan mereka, kemudian meledakkanya pada momentum
sejarahnya, menjadi pohin peradaban yang teduh, yang menaungi kemanusiaan.
Ternyata itu bukan pkerjaan yang mudah. Namun, tidak ada jalan lain nabi umat
ini tidak akan pernah memaafkan siapapun yang meninggalkan jama’ah, semata
karena tidak ada kecocokan bersama dalam jama’ah.
Kebutuhan tiap muslim untuk beramal islami di dalam dan
melalui jama’ah, bukan saja lahir dari kebutuhan untuk meningkatkan
efektivitas, efisiensi dan produktivitasnya tapi juga lahir dari kebutuhan
untuk bekerja dan beramal islami pada level yag setara dengan tantangan jaman
kita. Ada persyaratan psikologis lain yang harus kita miliki untuk dapat
bekerja lebih efektif danam kehidupan berjama’ah. Pertama, kesadaran bahwa kita
hanya bagian dari fungsi tercapainya tujuan. Kedua, semangat memberi yang
mengalahkan semangat menerima. Ketiga, kesiapan untuk menjadi tentara yang
kreatif. Keempat, berorientasi
pada karya,bukan pada posisi. Kelima, bekerjasama walaupun berbeda.
Jama’ah yang efektif adalah jama’ah yang dapat
mengeksekusi rencana-rencananya.Jam’ah yang didirikan untuk kepentingan
menegakan syari;at Allah Swt. Di muka bumi, akan menjadi efektif bila memiliki
syarat berikut: a) ikatan akidah bukan kepentingan, b) jama’ah itu sarana bukan
tujuan, c) sistem, bukan tokoh, d) penumbuhan bukan pemanfaatan, e) mengelola
perbedaan bukan mematikannya.
MEMPERTEMUKAN KEBENARAN
DAN KETEPATAN
Tidak ada dakwah yang dapat bertahan di tengah arus
perubahan yang begitu kompleks seperti jaman ini. Tanpa dukungan ijtihad yang
kuat dan berkesinambungan. Ijtihad adlah niscaya dalam dakwah. Tapi,
bagian-bagian ajaran Islam yang terpengaruh dalamperubahan ruang dan waktu
khususnya dlam hal muamalat,pada umumnya dibahas dengan cara, menetapkan
beberapa kaidah dasartentang masalah itu, untuk diikuti dengan ijtihad yang
mengaju pada illat yang jelas. Satu pahala ijtihad bila
salah, dan dua
pahala untuk ijtihad yang benar (pahala ijtihad & penemuan kebenaran).
Yng ingi dicapai dalam ijtihad dakwah adalah mempertemukan
kebenaran dan ketepatan, kebenaran substansi hukum dan sikapnya, dan ketepatan
pada konteks waktu dan ruangnya. Tabiat ijtihad ini mengharuskan para mujtahid
dakwah memiliki duapengetahuan sealigus; pengetahuan tentang kehendak Allah
swt. (fikh wahyu), sebagai syarat pencapaian kebenaran; pengetahuan tntang
realitas kehiduapn manusia (fikh realitas), sebagai syarat pencapaian
ketepatan.
Kedua hal ini haram untuk dipisahkan, yang sekarang di
sebut dengan pendekatan tekstual dan kontekstual, karena keduanya saling
tergantung. Pemisahan antara kedua fikih ini menimbulakan kelemahan ilmiah yang
akan berakibat fatal bagi kelangsungan dakwah. Yang harus kita lakukan adalah
menyiasati kelemahan yang ada dalam jama’ah dakwah, dengan cara memungkinkan
proses ijtihad yang maksimal
1) menginstitusikan para ulama dalam sebuah lembaga yang
terhormat dalam jama’ah dakwah, serat menyediakan kebutuhan mereka dalam
melakukan pengajian dan berijtihad. 2) mengumpulkan para ulama dari beragam
spesialisasi ilmiah 3) memberiakn lewenangan yang besarpada para ulama untuk
berijtihad, berfatwa dan menjamin kebebasan dan objektifitas ilmiah mereka. 4)
melakukan pengkajian dengan menetapkan suatu standar prosedur ilmiah dan
struktural.5) mengkondisikan semuapihak jama’ah dalam dakwah.
MENGAPA PROYEK
SEKULARISAI GAGAL DALAM DUNIA ISLAM?
Bukti2 kegagalan sekularisai:
1)
Hanya bertahan 4 tahun
setelah keruntuhan khilafah,
2)
Gerakan Islamisasi
kampus yang terjadi di seluruh dunia Islam,.
3)
Suksesnya kudeta putih
di Sudan 1987.
4)
Jihad Afganistan selama
14tahun.
5)
Proses demokratisasi
yang menyertai runtuhnya Uni Soviet telah mengakihiri rezim diktator dan
membuka kanal-kanal politik bagi gerakam Islam.
Penyabab kegagalan sekularisme.
1) kekuatan sekuler di dunia Islamt,tidak bersumber dari
dunia Islam, tapi dari barat/timur.
2)
Rezim diktetor telah
menciptakan penderitaan yang panjang.
3)
Kegagalan membangun
telah menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap janji-janji modernisasi.
4) gerkan ppemikiran Islam yang di bangun sebagai kekuatan
pro sekuler di dalam basis-basis pertahanan budaya Islam, baik gerakan
pembaharu maupun reinkarnasinay kini bernama Islam liberal.
KEGAGALAN DAKWAH
PARSIAL
Gagasan Islam kultural berkembang menyambung gagasan
”Islam Yes, partai Islam No” Nur Kholos Madjid pada awal 70-an. Hal ini membawa
nuansa yang lebih bersahabat dengan lingkungan politik yang dibangun orde baru.
Sementara itu, wacana politik seperti hilang dari pembicaraan publik. Wacana
Islam kulturan mendapat dukungan yang lebih kuat ketika ICMI berdiri dan
mengawali debut baru umat Islam pada dekade 90-an. Islam politik atau Islam
struktural ternyata tidak mati. Lingkunsg strstegis berubsh dan pendekatan
kultural untuk sementara agak menyingkir. Politik dan budaya adalah dua hala yang
tidak dapat dipisahkan. Keslahan terbesar kita bukan hanya pada dampaknya tapi
juga pada kerapuhan sistem pemikiran kita. Pola pemikiran yang parsial akan
menghasilkan pola pergerakan yang parsial juga. Pemisahan-pemisahan tersebut
membuat non-Islam memecah belah kita.
KETIKA DEMOKRASI
TERANCAM
Negara-negara yang mengalami menuju demokrasi selalu
mengalami kendala pada cara mempertemukan dua kebijakan: jaminan kebebasan dan
ketertiban. Akhirnay penguasa menyeret rakyat pada konflik politik yang berkepanjangan.
Sesungguhnya akar kerusakan yang menimpa dunia Islam adalah kezaliman para
penguasa diktator. Memenangkan dan mempertahankan demokrasi bagi dunia Islam
adalah sangat penting. Di bawah bendera demokrasi umat Islam dapat
mengembangkan diri secara maksimal,
ORANG LAIN GI TENGAH KITA
Penyusupan pihak lain dalam barisn dakwah kita seringkali
terjadi. Hal ini di picu karena asas dakwah yang berupa keterbuakaan juga
menimbulakan masalah. Salah atunya adalah penyusupan itu ; terlalu ketat akan
meutup ruang partisipasi dan rekruitmen, terlalu longgar akan membuka peluang
penyusupan. Maka, perlu adanya sistem kontrol. Sistem proteksi dakwah harus
dilakukan dengan dua cara: penguatan kesadaran manhajiah sebagi pengontrol
gagasan dan penguatan kesadaran intelijen sebagai pengontrol orang.
PERTARUHAN KEABADIAN
Pertarungan dan fitnah yang di hadapi umat Islam di masa
Rosulullah saw. pada fase dakwah di Makkah:
1)
Syubhat yang disebarkan
para intelektual kafir Quraisy.
2)
Tawaran kompromi
politik.
3)
Teror mental dan fisik.
4) Embargo ekonomi selama tiga tahun. Dan kesemuanya itu
mrngalami pengulangan-pengulangan. Tapi syubhat-syubhat ini relatif suda
selesai. Sekarang jalan masuk kemenangan besar Islam telah dimulai dari dunia
yang semakin sulit dikontrol, dari runtuhnya kepemimpianan AS atas dunia, dari
kekacauan global dunia tanpa kutub, lebih dari itu, ada janji Allah untuk
mengabdiakn dan memenangkan agama ini. Umat Islam dan pemimpinnya harus fokus
pada agenda-agenda besarnya, dan terbiasa mengabaikan agenda-agendakecil.
KESIAPAN NEGARA
BERSYARI’AT
Apapun pengertian kita tentang penerapan syari’at Islam,
kita tetap perlu menyepakati kerangka logika berikut:
1)
Islam adalah sistem
kehidupan yang integral dan komprehensif
2) Berkah sistem kahidupan Islam harus dapat dirasakan
masyarakat
3)
Untuk penerapannya maka
perlu ada kekuatan eksekusi dan legalitas.
4)
Kekuatan yang besar dan
berwibawa.
Kita perlu memenuhi syarat-syarat kesiapan menuju
penerapan syari’at Islam yang paripurna. Tingkat kesiapan itu dapat kita ukur
melalui standar berikut;
1)
Adanya komitmen dan
kekuatan akidah pada sebagian besar kalangan Muslimin; komitmen akidah paa
sebagian besar kalangan Muslim untuk hidup dengan sistem Islam pada seluruh
tatanan kehidupannya.
2)
Supremasi pemikirn
Islam di tengah masyarakat hingga muncul kepercayaan umum bahwa secara
knseptual, Islamlah yang paling siap menyelamatkan bangsa dan negara.
3) Sebaran kultural yang luas di mana Islam menjadi faktor
pembentuk opini publik dan tersimbolkan dalam tampilan budaya.
4)
Ketrampilan akademis
yang andal untuk dapat mentransformasikan ajaran Islam ke dalam konstitusi.
5)
Kompetensieksekusi yang
kuat (visioner dan mampu mengelola negara secara teknis).
6)
Kemandirian material
yang memungkinkan bangsa kita tetap survive begitu bangsa kita menghadapi
isolasi atau embargo.
7)
Kapasitas pertahanan
yang tangguh sebab tantangan eksternal yang mungkin kita hadapi tidak terbatas
pada gangguan ekonomi, tapi juga pertahanan.
8)
Koneksi internasional
yang aka memungkinkan kita tetapeksis dalam percaturan Internasional.
9)
Tuntutan politik yang
ditandai dengan adanya par i-partai politik yang secara konstitusi meminta
penerapan syari’at islam di tingkat konstitusi.
Enam tahun sudah krisis multi dimensi melilit bangsa
kita, yang mulai melumpuhkan kepercayaan diri bangsa. Kepemimpinan yang baik
dan kuat tidaklah menjamin semua kesulitan selesai, tapikepemimpinan yang kuat
dan baikmemastikan bahwa semua solusi strategis dan teknis yang kita rumuskan
dapat bekerja secara benar dan efektif. Ledakan partisipasi politik baik segi
sistem maupun semangat opsisi di kalangan rakyat secara substansial, melahirkan
masalah baru bagi kepemimpinan nasional berupa meningkatkan standar harapan
masyarakat terhadap para pemimpin nasional.
Dalam masa transisi seperti ini, masyarakat membutuhkan
sense of direction (perasaan terarah), self confident (rasa percaya diri), dan
pride (kebanggaan). Untuk memenuhi kebutuhan psiko politik masa transisi itu,
fungsi-fungsi kepemimpinan yang harus ada pada parapemimpin nasional adalah
sebagai berikut:
1)
Fungsi direksi dan
inspirasi.
2)
Fungsi pembangkitan
kekompakkan (solidarity maker)
3)
Kemampuan teknis.
4)
Fungsi itulah yang
sesungguhnya hilang dari pemimpin nasional saat ini.
CELAH SEJARAH
Krisis kepemimpinan nasional adalah musibah nasional
terbesar, untuk memasuki dan mengisi ruang kosong dalam kehidupan kenegaraan
bangsa kita, dengan memberikan kontribusi kepemimpinan. Gerakan dakwah harus
bergerak lebih progresif, dan tidak hanya berkutat pada persoalan wacana-wacana
pemikiran. Bergerak di sekitar wacana syari’at Islam tidaklah membantu
masyarakat kita memahami lukisan masyarakat Islam yang kita imajinasikan,
kecuali jika kita membutnya lebih kasat mata. Kepemimpinan adalah roh ke
Idupan yang dapat membuat ideologi, agama,nilai pikiran,
dan bekerja efektif mengorganisasi kehidupan bangsa kita.
RAKYAT UNTUK SANG RAJA
ATAU KHALIFAH
Tabiat rakyat menentukan jenis pemimpin mereka: rakyat
yang mencari seorang raja akan mendapatkan raja, dan rakyat yang menantikan
khalifah akan menemukan khalifah.
Rakyat yang di bawah kekuasaan raja memiliki karakternya
sendiri, dan rakyat yang dipimpin khalifah juga mempunyai ciri-ciri karakternya
sendiri. Keduanya adalah kutub sosial yang sangat berbeda.Inilah makna sabda
Rasulullah saw. ”Seperti apa kondisi kalian, seperti itulah pemimpin yang
dikuasakan untuk kalian” Itulah tantangan besar yang menghadang kita, umat
kita telah berubah menjadi rakyat kerajaan, yang mendambakan raja, bukan
pemimpin. Menghadirkan pemimpin Islam ke panggung kekuasaan di negeri ini
memang tidak sederhana. Jadi, pemaknaan aktifitas pilitik kita harus diubah
secara mendasar. Yang kita lakukan adalah sebuah gerakan kebangkitan kembali
yang komprehensif dan integral: menyiapkan pemimpin mengondisikan umat,
membangun institus, dan merumuskan konsep. Pamaknaannya bukan sekedar kampanye
politik, dan setelah itu mengutuk umat yang tidak memilih kita
KALAU PEMIMPIN HARAKAH
MENJADI PEMIMPIN NEGARA
Haraka Islam memang ditakdirkan hadir untuk menyelesaikan
perkara-perkasa umat sekaligus memimpin mereka, setelah tak ada lagi orang atau
generasi yang dapat merekan harapkan. Jadi, keyakinan bahwa inilah musim semi
kepemimpinan harakah setidak-tidaknya dibangun dari beberapa alasan yakni:
1)
Akumulasi pengalaman
harakah sebagai pembawa roh kebengkitan umat sepanjang abad 20 lalu.
2)
Kegagalan kelompok
nasionalis sekuler.
3) Krisis besar ynag diciptakan oleh proses globalisasi.
4) Perbaikan pada tingkat pendidikan dan partisipasi politik
generasi pemimpin harakah.
Kelemahannya adalah kepemimpinan harakah masih tumbuh
dalam lingkaran mihwar dakwah yang baru saja memasuki arena politik.
Transformasi politik itu juga perlu dilakukan untuk memperluas hubungan dan
kneksi politik, serta mendongkrak popularitas kepemimpinan harakah di mata
politik.
MENGUBAH CARA KITA MEMIKIRKAN
DAKWAH
Pikiran kita selama ini selalu terfokus pada bagaimana
menyiasati keterbatasan, bukan bagaimana
menyiasati keterbatasan, bukan pada bagaimana menciptakan kelimpahan. Jika
sistem kendali tindakan dan realitas kita ada pada pikiran-pikiran kita, hanya
ada satu jalan memperbaiki raelitas-realitas kita, yakni mengubah
pemikiran-pemikiran kita.
BERBAHASA YANG TEPAT
DENGAN ORANG LAIN
Secara historis, ada banyak fakta yang membuktikan
gesekan berdarah antara Islam dan Barat, baik atas nama dendam agama maupun
keserakahan ekonomi. Dalam sejarah yang tereduksi itu, tidak ada ruang untuk
membicarakan benar dan salah.kita terlalu melankolis dalam menghadapi
tantangan-tantangan eksternal kita. Tidak memperhatikan sebab dari
kemenangan/kekalahan.Kalau masalah internal kita berpusat pada antagonisme dan
kelangkaan sumber daya maka masalah kita berpusat antara tantangan yang terlalu
besar dan reaksi yang terlalu rapuh. Kata kuncinya ada pada kemampuan
komunikasi yang bertumpu pada dua kemampuan: kemampuan memahami kemampuan orang
lain secara tepat, kemampuan mengespresikan diri dengan tepat.
TUMBUH DI TENGAH BADAI
DENGAN SYURA
Tarbiyah dan syura adalah pilar utama yang mengubah
harakah menjadi organisasi pembelajarn. Syura memainkan peran strategis dalam
mempercepat pendewasaan harakah. Untuk memaksimalkan fungsi dan peran syura
perlu dikembangkan beberapa hal : ada keikhlasa dan nuansa spiritual yang
kental, semangat kebebasan dan kesetaraan yang memungkinkan semuaberpendapat,
tradisi ilmiah yang kokoh, kelapangan dada terhadapperbedaan, manajemen waktu
yang efektif, semangat introspeksi, sikapwajar dalam memandang kesalahan,sikap
proporsional terhadaptafsir konspirasi, pandangan masa depan yang visioner.
Namun, banyaknya harakah yang akhirnya muncul di Negara
kita lambat laun menuju perpecahan Islam.
MENGUJI KEMAMPUAN PERTAHANAN KITA
Infrastruktur
pertahanan harakah akan menenttukan seberapa kuat ia bertahan dari benturan-benturan
eksternal. Aspek ketahanan harakah,harus dibangun secara menyeluruhdan
integral. Aspak pertama adalah ketahanan fikrah, akidah, dan manhaj. Aspek yang
kedua adalah ketahanan struktural. Ketiga, ketahanan sosial. Keempat, ketahanan
keamanan. Kelima, kekuatan logistik.
MEMILIH PEMIMPIN SESUAI
ERA DAKWAHNYA
Dalam periode sejarah ini yang kita butuhkan bukan sebuah
pemerintahan Islam. Namun, sebuah pemerintahan yang demokratis, yang memberikan
ruang gerak yang luas bagi umat Islam untuk tumbuh dan berkembang. Jika kita
mnyusun lapisan-lapisan kepentingn kita dalam konteks pemilihan pemimpin
nasional ,maka tampak sebagai berikut:
1) Kepntingan tertinggi kita di negeri ini tentu saja
kepentingan bangsa.
2) Kepentingan umat islam.
3) Kepentingan periodik dakwah.
Untuk itulah harakah harus memainkan peran sebagi pelopor
koalisi besar kekuatan Islam reformis.
MENCABUT DURI DALAM
DAGING
Diantara ekses kekalahan kita dan kerusakan yang diciptakan para
penguasa sekule adalah bagaiman menkonsolidasikan perlawanan untuk
mengembalikan kepemimpinan bangsa ke tangan umat atau paling tidak kekuatan
reformis bertemu dengan umat pada semangat reformasi. Namun, untuk
kepentingan membangun aliansi strategis ini, kita harus bersikap proaktif dan
tidak bersikap pasif.
KOALISI KEZHALIMAN VS
KOALISI NURANI
Begitu koalisi kezhaliman terbentuk, koalisi itu
sendirilah yang akan emndorong lahirnya perlawanan. Koalisi nurani yang
diharapkan dapat mengalahkannya. Di mana memiliki beberapa karakter :
penyelamatan bangsa, bersifat strategis (bukan ideologis), yang tergabung di
dalamnya adalah individu dan/organisasi. Allah hanya akan menolong kita saat
kita bersatu, dan kita dapat bersatu dengan cara melapangkan dada untuk
melepaskan kepentingan individu dan mendahulukan kepentingan bersama dan
disiplin strategi perjuangan.
HASAN AL-BANNA
Proses kebangkitan sebuah bangsa atas umat pertama-tama
haruslah dipandang sebagai proyek peradaban yang besar dan kompleks. Itulah
yangkemudian dilakukan olh Hasan Al-Banna. Siapapun yang meneliti tulisan Hasan
Al-Banna, setrta warisan terbesarnya, Ikhwanul Muslimi, akan dengan yakin
mengatakan bahwa beliau adalah perencana sosial yang ulung. Al Banna percay
bahwa sebuah perubahan besar harus dilakukan dengan cepat, tidak harus melalui
jalan pintas. Pada dasawarsa kedua dari usia organisasinya, Mesir telah berubah
menjadi zona terpanas di seluruh dunia Islam. Menjadi ruh kebangkitan bangsa
Mesir. Akan tetapi, karena itulah ia menjadi ancaman bagi barat. Hanya sekitar
18 tahun kemudian, ramalan terbukti bagi Inggris. Al-Banna telah menjadi
ancaman. Pada tahun 1948, sebutir peluru mengakhiri hidup Hasan Al-Banna. Namun, karyanya tidak mati. Al-Banna memang tidak sempat
menyelesaikan seluruh agenda kebangkitannya. Namun, dia telah memulainya dengan
benar dan menyelesaikan beberapa tahapannya. Al-Banna adalah pemegang saham
terbesar bagi fenomena kebangkitan Islam abad XX.
MANAJEMEN TRANSISI
Kumulasi kebutuhan nasional—pengelolaan ekonomi, kompetensi
kepemimpinan yang andal, menutupi peluang disintegrasi, mengantisipasi
konspirasi asing—adalah syarat yang harus di penuhi untuk mengelola masa
transisi kita.
IZINKAN KAMI MENATA
ULANG TAMAN INDONESIA
Jika generasi 98 berhasil menumbangkan Orde Baru, maka
generasi 66 berhasil mengakhiri Orde Lama kemudian generasi 45 yang mempelopori
kemerdekaan, dan jauh lebih ke belakang ada genenrasi 28 yang mempelopori
persatuan nasional. Melalui sumpah pemuda. Dan generasi 1900-an yang
mempelopori kebangkitan nasional. Abad 20, dalam perspektif bangsa kta adalah
masa sejarah anak-anak mud. Pada 1956 adalah milik pemuda Eropa Timur, dan
sepanjang tahun 60-an adalah milik pemuda
di Eropa Barat. Dalam dunia Islam juga pemuda bangkit pada awal abad
20-an di Asia-Afrika dan Palestina. Sejarah anak-anak muda adalah sejarah
perlawanan dan pembelaan. Perlawanan dan pembelaan adalah energ peradaban yang
lahir drai kegelisaan. Akan tetapi anak muda macam apakah mereka?
”Mereka adalah anak-anak mudayang telah beriman kepada
Tuhan mereka, lalu kami tambahkan petunjuk kepada mereka” (Al-Kahfi 13)
Kini kita berada di persimpangan sejarah. Masa transisi
yang tengah kita alami ini boleh jadi merupakan awal bencana besar di
masadepan. Saatnya pemuda bangkit kembali. Masalah dalam bangsa kita; masala
konsistensi dan tidak punya firasat. Perubahan-perubahan besar dalam sejarah
pada mulanya tampak seperti kabut yang menghalangi cahaya matahari turun ke
bumi.
Dulu, Rasulullah bersabda ”para pemuda bersekutu
denganku dan orang-orang tua memusuhiku”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar