MAKUL PSIKOLOGI UMUM
DOSEN PENGAMPU: EVA LATIPAH
SENSASI DAN PERSEPSI
Presented by: Kelompok_1
(niSa, isNa, 1bnu, Win)
Dalam psikologi, dikenal
dua istilah pemrosesan informasi yang diterima dari pengamatan, yaitu sensasi
dan persepsi. Dalam pengertian yang sempit kedua istilah ini tidak dibedakan
karena kedua fungsi ini merupakan dua proses yang melibatkan pengamatan.
Tetapi, secara fungsional kedua fungsi psikis ini sangat berbeda.
A. Sensasi
dan Persepsi
Sensasi sebagai alat
penerima sejumlah rangsang yang akan diteruskan ke otak. Sedangkan persepsi
merupakan fungsi yang dimulai dari proses sensasi, tetapi diteruskan dengan
proses mengelompokkan, mengartikan, dan mengaitkan beberapa rangsang sekaligus.[1]
Dengan begitu, proses
persepsi pun lebih rumit daripada proses sensasi, karena proses ini melibatkan
pemahaman dan penginterpretasian sekaligus.
Dalam ungkapan lain
disebutkan, “Sensasi ialah penerimaan stimulus lewat alat indra, sedangkan
persepsi adalah menafisrkan stimulus yang telah ada di dalam otak”.
Untuk membedakan yang
dimaksud sensasi dan persepsi secara lebih jelas, kita bisa membandingkatn
potret sebuah pemandangan dengan lukisan pemandangan. Potret itu berupa
pemandangan sebagaimana yang diterima alat indra, sedangkan lukisan pemandangan
bergantung pada interpretasinya pelukis. Dengan perkataan lain, mata
“menerima”, sedangkan pikiran “memersepsi”.[2]
B. Pengertian
Persepsi
Ekspresi mengenal orang lain merupakan
studi awal tentang persepsi. Darwin mendorong munculnya permasalahan persepsi
dengan pertanyaan, “Apa cirri-ciri keputusan yang baik tentang orang lain?”[3]
Secara etimologis, persepsi atau dalam
bahasa inggris perception berasal
dari bahasa Latin perception: dari percipere, yang artinya menerima atau
mengambil.
Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan,
bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah
pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana cara seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu (Leavitt, 1978). Menurut Yusuf (1991:108) menyebut persepsi
sebagai “pemaknaan hasil pengamatan”. Bagi Atkinson, persepsi adalah proses
saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan.
Menurut Verbeek, persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu fungsi yang manusia
secara langsung dapat mengenal dunia riil yang fisik. [4]
Persepsi
merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan
proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut
proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus
tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena
itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses
penginderaan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi.[5]
Definisi lainpun menyebutkan, bahwa persepsi
adalah membedakan, mengelompokkan, dan memfokuskan perhatian terhadap suatu
objek rangsang. Dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini persepsi
melibatkan proses interpretasi (penafsiran) berdasarkan pengalaman terhadap
suatu objek.[6]
Pareek memberikan definisi yang lebih
luas, yaitu persepsi dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji,
dan memberikan reaksi kepada rangsangan pencaindra atau data.
Dalam persepsi stimulus dapat dating dari
luar, tetapi juga dapat dating dalam diri individu sendiri. Namun demikian
sebagian terbesar stimulus dating dari luar individu yang bersangkutan.
Sekalipun persepsi dapat melalui macam-macam alat indera yang ada pada diri
individu, tetapi sebagian besar persepsi melalui alat indera penglihatan.
Karena itulah banyak penelitian mengenai persepsi adalah persepsi yang
berkaitan dengan alat penglihatan.[7]
C. Ciri-Ciri
Umum Persepsi
Pengindraan terjadi dalam
suatu konteks tertentu, konteks ini disebut sebagai dunia persepsi. Agar
dihasilkan suatu pengindraan yang bermakna, ada ciri-ciri umum tertentu dalam
dunia persepsi:
1. Modalitas: rangsang-rangsang yang yang
diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indra, yaitu sifat sensoris
dasar dan masing-masing indra (cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman,
bunyi untuk pendengaran, permukaan bagi peraba dan sebagainya).
2. Dimensi ruang: dunia persepsi mempunyai
sifat ruang (dimensi ruang), kita dapat mengatakan atas bawah, tinggi rendah,
luas sempit, latar depan latar belakang, dan lain-lain.
3. Dimensi waktu: dunia persepsi mempunyai
dimensi waktu seperti; cepat lambat, tua muda, dan lain-lain.
4. Struktur konteks, keseluruhan yang
menyatu: obyek-obyek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai
struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan
keseluruhan yang menyatu.
5. Dunia penuh arti: dunia persepsi adalah
dunia penuh arti. Kita cenderung melakukan pengamatan atau persepsi pada
gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubunganya dalam diri
kita.
D. Hakikat
Persepsi
1.
Persepsi Merupakan Kemampuan Kognitif
Persepsi ternyata banyak
melibatkan kegiatan kognitif. Pada awal pembentukan persepsi, orang telah
menentukan apa yang telah diperhatikan. Setiap kali kita memusatkan perhatian lebih
besar kemungkinan kita akan memperoleh makna dari apa yang kita tangkap, lalu
menghubungkannya dengan pengalaman yang lalu dan dikemudian hari akan diingat
kembali.
Kesadaran juga
mempengaruhi persepsi. Bila kita dalam keadaan bahagia, maka pamandangan yang
kita lihat akan sangat indah sekali. Tetapi sebaliknya, jika kita dalam keadaan
murung pemandangan indah yang kita lihat mungkin akan membuat kita merasa
bosan. Ingatan juga berperan dalam persepsi. Indra kita secara teratur akan
menyimpan data yang kita terima, dalam rangka memberi arti. Orang cenderung
terus-menerus untuk membanding-bandingkan penglihatan, suara dan pengindraan
yang lainnya dengan ingatan pengalaman masa lalu yang mirip. Proses informasi
juga mempunyai peran dalam persepsi. Bahasa jelas dapat mempengaruhi kognisi
kita, memberikan bentuk secara tidak langsung.
Pengujian hipotesis
merupakan komponen pusat persepsi yang mengelola informasi. Sering terjadi
interprestasi terhadap data pengindraan hanya mempunyai satu kemungkinan saja,
sehingga “pencarian” untuk hipotesis persepsi yang tepat dilakukan dengan
sangat cepat, otomatis dan berada sedikit dibawah alam kesadaran.
2. Peran Atensi dalam Persepsi
Selama kita tidak dalam
keadaan tidur, maka sejumlah rangsangan yang besar sekali saling berlomba
menurut perhatian kita. Biasanya manusia dan hewan lainnya akan memilih mana
yang rangsangan tersebut yang paling menarik dan paling mengesankan.
Keterbukaan kita untuk memilih inilah yang disebut dengan atensi atau
perhatian.
Beberapa Psikolog melihat
atensi sebagai jenis alat saringan (filter), yang akan menyaring semua
informasi pada titik yang berbeda dalam proses presepsi. Sebaliknya, psikolog
lain yakni bahwa manusia mampu memusatkan atensinya terhadap apa yang mereka
kehendaki untuk dipersepsikan dengan secara aktif melibatkan diri mereka dengan
pengalaman-pengalaman tanpa menutup rangsangan lain yang saling bersaing.
Banyak psikolog sangat
tertarik untuk mengetahui tempat atau tempat di dalam proses presepsi, di mana
atensi memegang peranannya. Dari hasil penelitian diajukan pendapat bahwa
atensi selalu aktif pada waktu tertentu, yaitu: mula-mula ketika menerima
masukan dari dugaan indra, kemudian ketika harus memilih dan
menginterprestasikan data sensorik dan menentukan apakah akan memberikan respon
terhadap rangsangan tersebut.
Atensi memiliki ciri-ciri tertentu,
yaitu:
1. Intensitasnya
2. Keterbatasn pada kepastian
E. Ilusi
Ilusi merupakan kesalahan
dalm persepsi, yaitu memperoleh kesan yang salah mengenai fakta-fakta yang
objektif yang disajikan oleh alat-alat indera kita.
1. Ilusi disebabkan faktor-faktor eksternal
Gambar pada cermin serta gaung suara
adalah ilusi tipe ini. Gambar atau bayangan dicermin kelihatannya terletak
dibelakang kaca, ini disebabkan dari arah itulah cahaya datang mengenai mata kita.
Gaung datang dari arah yang berlawanan dengan posisi kita berdiri, karena di
situ pula suara tidak masuk kedalam telinga kita.
2. Ilusi disebabkan kebiasaan
Rangsangan-rangsangan yang disajikan
sesuai dengan kebiasaan kita dalam mengenali, kita akan lebih mudah menimbulkan
ilusi bila otak kita bisa dengan pengindraan visual yang mengandalkan
perspektif maka akan terjadi kesalahan.
3. Ilusi karena kesiapan mental atau harapan
tertentu
Jika kita kehilangan sesuatu dan ingin
sekali menemukannya kembali. Anda akan sering melihat sesuatu yang mirip barang
tersebut.
4. Ilusi karena kondisi rangsang terlalu
kompleks
Bila rangsang yang diamati terlalu
kompleks, maka rangsang tersebut dapat menutup-nutupi atau menyamarkan
fakta-fakta objektif dari objek atau gejala tertentu.
F. Faktor-Faktor
yang Berpengaruh pada Persepsi
Karena persepsi lebih
bersifat psikologis daripada merupakan proses pengindraan saja maka ada
beberapa faktor yang mempengaruhi:
a. Perhatian yang selektif
Dalam kehidupan manusia setiap saat akan
menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak
harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya untuk itu. Individunya
memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Dengan demikian
objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai objek
pengamatan.
b. Ciri-ciri rangsang
Rangsang yang bergerak di antara rangsang
yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling
besar di antara yang kecil yang kontras dengan latar belakangnya dan itensitas
rangsangnya paling kuat.
c. Nilai dan kebutuhan individu
Seorang seniman tentu punya pola dan cita
rasa yang berbeda dalam pengamatannya disbanding seorang bukan seniman.
Penelitian juga menunjukan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat
koin lebih besar daripada anak-anak orang kaya.
d. Pengalaman dahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat
memengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya. Cermin bagi kita tentu
bukan barang baru, tetapi lain halnya bagi orang-orang mentawai di pedalaman
Siberut atau saudara kita di pedalaman Irian.
G. Pengaruh
Kebudayaan Terhadap Persepsi
Dalam pendekatan
konvensional, persepsi masih dikaitkan dengan faktor-faktor saraf dan faalnya
saja. Misalnya: persepsi tentang kedalaman (3 dimensi) di tentukan
oleh pandangan dua mata (binokular) dimana terdapat perbedaan antara stimuli
yang ditangkap antara retina kanan dan retina kiri (retinal disparity).
Contoh Pengaruh Kebudayaan
Terhadap Persepsi
Pengaruh kebudayaan
tersebut bisa kita lihat pada suku-suku Afrika primitif yang hanya terbiasa
dengan lingkungan alamiah dimana karya-karya merekapun lebih banyak berbentuk
lingkaran-lingkaran dan lengkungan-lengkungan, tidak akan mengalami gejala
ilusi Muller-Lyer jika kepada meraka
diperlihatkan kedua garis diatas karena persepsi mereka tidak dipengaruhi oleh
kebiasaan melihat garis-garis dan
sudut-sudut. Buat mereka, garis-garis pada gambar
1 dan 2 akan dipersepsikan sama panjang.[8]
Pengaruh kebudayaan termasuk kebiasaan hidup,
tampak juga dalam berbagai gejala
hubungan manusia dengan lingkungan dalam kehudupan sehari-hari. Penduduk
perkampungan kumuh di kota-kota
besar biasa menggunakan air kali untuk kepentingan mandi mencuci, dan
kakus mempersepsikan air kali itu
sebagai sesuatu hal yang masih dalam batas-batas optimal
sehingga mereka menggunakan ai kali itu
dengan enak saja. Sebaliknya orang biasa tinggal dipermukiman mewah,
tidak mungkin akan menggunakan air kali
itu. Dengan demikian ,jelaslah bahwa persepsi ditentukan oleh pengalaman dan
pengalaman dipengaruhi oleh kebudayaan.
H. Persepsi
dalam Pandangan Islam
Persepsi
adalah fungsi psikis yang penting yang menjadi jendela pemahaman bagi peristiwa
dan realitas kehidupan yang dihadapi manusia. Manusia sebagai makhluk yang
diberikan amanah kekhalifahan diberikan berbagai macam keistimewaan yang salah
satunya adalah proses dan fungsi bahasa Al-Qur’an fung’an beberapa proses dan
fungsi persepsi dimulai dari proses penciptaan antara lain:
1. QS al-Mukminun ayat 12-14 disebutkan
proses penciptaan manusia dilengkapi dengan penciptaan fungsi-fungsi
pendengaran dan penglihatan. Dalam ayat ini tidak disebutkan telinga dan
mata,tetapi sebuah fungsi. Kedua fungsi ini merupakan fungsi vital bagi manusia
dan disebutkan selalu dalam keadaan berpasangan.
Dan
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging.
Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah
Allah, Pencipta yang paling baik.
2. QS. An-Nisa disebutkan alat sensor lain
yang merasa dan mengirimkan sinyal-sinyal dari rangsang yang diterimanya. Indra
ini dinamakan dengan indra yang terkait dengan kulit.Begitu juga dalam QS.
Al-Anam ayat 7 terkait dengan kemampuan
menyadari indra yang berhubungan sifat rangsang sentuhan.
3. Persepsi Penginderaan Fisik/Non Fisik
(Fushilat:53)
4. Isytiflaf, pengetahuan peristiwa yang
berada jauh dari jangkauan. (yusuf:94)
5. Peristiwa fatamorgana yang dialami orang
kafir sebagai bagian dari ilusi (Qs. An-Nur:39).
[1] Abdul
Rahman Shaleh, Psikologi, Suatu Pengantar
dalam Perspektif Islam, Kencana, Jakarta, 2008, hal.98
[2] Alex
Sobur, Psikologi Umum, CV. Pustaka
Setia, Bandung, 2003, hal. 472.
[3] Ibid, hal. 445.
[4] Ibid, hal. 446.
[5] Bimo Walgito,
Pengantar Psikologi Umum, Andi,
Yogyakarta, 2004, hal. 88.
[6] Rahman
Shaleh, Psikologi, Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam, hal.110.
[7] Bimo
Walgito, Pengantar Psikologi Umum,
Andi, Yogyakarta, 2004, hal. 88.
[8] Abdul Rahman Shaleh.Psikologi Suatu pengantar
dalam perspektif Islam.hal.131.kencana.2008.
kita juga punya nih artikel mengenai 'Ilusi', silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
BalasHapushttp://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/799/1/ZComputerSociety_Hendro_Prabowo%287%29375_381.pdf
trimakasih
semoga bermanfaat
agak riwueh ya hehe, kyknya Belajar Bahasa Inggris dan Matematika kayaknya lebih mudah dibanding belajar mata kuliah psikologi :D
BalasHapus~ Support Indonesia Halal Cullinary : Dimsum Jakarta by TheDimsum.ID