Selasa, 12 Maret 2013

Peran Muslimah dalam Dunia Kerja

Ya, karena peran wanita dalam bekerja dan berumahtangga adalah dua peran yang harus dilakukan secara bersama-sama, bukan untuk dipilih. :)
*Ustadzah Kusmarwanti. 

Muqoddimah:
Sosok Shohabiyah: Khadijah.
Istri Rasullullah yang beliau banyak terlibat dalam tiap aktivitas dakwah Rasul pada awal wahyu turun. Bahwa Khadijah sosok ummahatul mu'minin termasuk golongan Assabiqunal Awwalun, sementara ia adalah seorang yang aktif terlibat dalam kegiatan dakwah, sosial, kerumahtanggaan, sekaligus ia juga aktif sebagai seorang pengusaha yang sukses.
Apabila kita bagi peran kita menjadi dua peran domestik dan publik, maka Khadijah mampu memainkan perannya dalam domestik dan publik dengan sangat sempurna. Khadijah adalah seseoran gyang istimewa di mata manusia dan di mata Allah. Tidak ada celah sedikitpun dari Khadijah ini ketika berbicara dari sisi-sisi kemanusiaan. Sementara posisinya disisi Allah, sampai-sampai para malaikan dan Allah menitipkan salam untuk Khadijah melalui Nabi. Khadijah sebagai sosok yang bisa kita tauladani dalam peran kita sebagai muslimah.

Seandainya kita bisa membagi dunia kita dalam dua ranah, ranah domestik dan ranah publik, maka Khadijah dapat memerankan dua peran ini dengan sangat sempurna. Sebagai seorang dai yang luar biasa dan seorang pengusaha yang luar biasa. Khadijah dapat mensinergikan dua peran ini dengan sangat baik. Karena untun mesinergikan dua peran ini adalah bukan hal yang mudah.
Ibaratnya kita harus memainkan wajah ini dengan sangat baik, kita memainkan peran kita sebagai diri kita sesungguhnya, yang memiliki muka yang manis dalam dunia kerja kita, dalam rumahtangga, dan dalam masyarakat kita.
Dua peran tersebut bukan untuk dipilih, akan tetapi dua peran ini adalah dua peran yang harus dijalani. Kita harus menjalani keduanya dengan baik. Dan para shohabiyah pun, mereka tidak memilih, tapi mereka menjalankan dengan baik. Seperti sosok Khomsah misalnya, yang dapat mengantarkan 4 putranya menjadi pejuang. Atau istri Hubaib, yang membantu suaminya ketika berjihad.
Ketika kita memiliki kemampuan, potensi, ya why not kita berikan untuk perbaikan ummat. Mantap dalam peran kerumahtanggaannya sekaligus peranannya di luar.
Kita memutuskan bekerja, maka bukan berarti kita harus meninggalkan peran domestik. Seharusnya seorang muslimah dapat bermain manis dalam semua sektor. Berperan manis sesuai dengan potensinya. Sekaligus memberikan gambaran kita, kita bisa menjalankan peran publik kita dalam bentuk bekerja dan tetap dapat menjalan peran manziliah kita.
Perlu strategi untuk menseimbangkan keduanya. Ketika kita menjalankan peran publik, maka peran domestik harus beres terlebih dahulu. Karena kewajiban kita adalah dalam peran domestik (peran kerumahtangga) tersebut.
Satu kesalahan yang sering kita dapatkan, bahwa kalau dulu ketika kita sebelum menikah sangat sangat aktif, dan ketika setelah menikah kok seperti menghilang dari peredaran, dan sekalinya muncul membawa masalah, itu berarti ada masalah yang harus dibenahi. Strategi.
Bekerja juga bagian dari wilayah dakwah. Jadi walaupun kita berkerja atau tidak bekerja, peran dakwah harus tetap ada. Harus tetap jalan. Bahwa ketika saya berkerja, saya memiliki ranah dakwah lain. 
Ketika kita memahami bahwa dimanapun kita memiliki peran dakwah, maka kita memiliki on mission. Bahwa seorang muslimah ia memiliki kewajiban utama ishlahun nafs (memperbaiki diri). Memperbaiki diri dengan seluruh bekal-bekal untuk menjadi istimewa di mata Allah dan di mata manusia. 
Seorang muslimah harus membawa popularitas yang baik. Performa yang baikpun sangat dibutuhkan dalam rumah tangga. Rumah tangga kalau tidak mendaptkan senyuman sehari saja dari seorang istri, seorang ibu, rasanya suram semuanya. :)
Nah, inilah performa. Milikilah kepribadian yang menyenangkan, bekerja atau tidak bekerja, dalam domestik atau publik.
Performa yang baik menjadi satu tuntutan. Jika kita tak memiliki performa yang baik, maka bagaimana kita menjalankan on mission tadi,..? on mission dalam dakwah.
Maka kenapa inilah dua peran yang tidak dapat kita pilih, tidak dapat kita hindarkan, akan tetapi dua peran ini yang harus dijalani secara seimbang. Anggaplah bahwa setiap aktivitas kerja kita adalah bagian dari kerja-kerja dakwah. Milikilah ruh dakwah. Sehingga dimana pun kita bekerja, orientasinya adalah Allah.
Muslimah bekerja jangan semata-mata karena uang. Tanamkan dalam hati, "inilah niatan dakwah saya".
Kita harus bekerja secara profesional. Saya bekerja, dan saya juga terlibat dalam agenda perbaikan ummat. Inilah hal penting yang harus kita pegang erat-erat. Maka kita pun harus punya strategi yang matang agar kita pun dapat meneruskan estafet perjuang dakwah Rasul.
Dan ishlahul ummah berjalan beriringan dengan ishlahun nafs. Inilah kepuasan yang akan kita dapatkan. :)
Kerahkan seluruh potensi kita sehingga kita bisa diakui disana. Karena pengakuan dari sosialpun akan berpengaruh juga terhadap kita dalam memainkan peran dakwah kita terhadap masyarakat. :)
-----------------------------------

(o^__^o) Alhamdulillah,..
selesai juga nyatetnya. Ehehehe,.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar