Selasa, 21 Januari 2014

Bukan Pernikahan Cinderella

Married life is full of eccitement and frustration:
In the first yerar of marriage, the man speaks
and the woman listens.
In the second year, the woman speaks and the man listens.
In the third year, they both speak and the neighbors listen.

Cinderella tadinya bukan siapa-siapa. Ia tinggal bersama ibu tiri dan dua saudara tirinya yang iri sekali kepadanya. Karena ayahnya sudah tiada, jadilah Cinderella bulan-bulanan mereka. Ia dihina dan disiksa. Lalu, tiba-tiba datanglah pertolongan dari peri yang iba kepadanya. Sang peri menggoyangkan tongkatnya dan.... Cling! Cinderella yang dekil dan kumal, bajunya rombeng, terhina, berubah menjadi putri jelita. Bajunya mewah, punya kereta kencana bertenaga kuda, punggawa, dan paling penting.... ia memiliki sepatu kaca yang kemudian jadi suvenir buat sang pangeran. Kenapa mesti sepatu kaca? Hmm... mungkin waktu cerita itu dibuat, kartu nama belum ngetop, apalagi nomer HP, alamat Facebook, twitter, jadi yang ditinggalkan Cinderella hanyalah sepatu kacanya.
Selain itu, seperti kita tahu, ending cerita itu seperti kebanyakan kisah klasik lainnya, seperti Snow White & Seven Dwarfs, Sleeping Beauty, Aladdin, Mulan, dan lain-lain, happy ending. Kisah-kisah seperti itu biasanya berakhir dengan kalimat "and then.... they married and live happily ever and after". Cinderlla yang cantik menikah dengan pangeran yang ganteng, keren, dan kaya.
Pernikahan? Bahagia? Selama-lamanya?
Itu adalah pernikahan Cinderella. Dalam kehidupan nyata, tidak ada pernikahan yang melulu bahagia. Pernikahan yang tidak ada ribut suami versus istri. Pernikahan yang tidak dipusingkan dengan harga beras yang naik terus, haarga telur ayam yang naik-turun, atau biaya sekolah anak yang bikin sakit kepala tujuh keliling, atau mertua yang bawelnya tidak ketulungan. Jujur saja, kisah pernikahan yang manis-manis cuma ada dalam dongeng. Cerita itu memang untuk membahagiakan para pendengar dan pembacanya. :)
 * * *

     Wooowww,.... awal yang sangat sangat menarik. Buku ini begitu wah ketika dibaca. Tak terasa lembar demi lembar terlewat begitu saja. Bahasanya yang ringan dan mudah sekali dipahami. Aahh~ rasa-rasanya gak ada bosannya baca buku ini berulang-ulang. ^^ 

     Yap, di buku ini banyak dibahas tentang pernikahan. Tips n trik juga ada. Mulai dari ngebahas tentang kenapa kita harus menikah, pernak pernik masalah dalam rumah tangga, ketika istri bekerja, ketika marah sama pasangan, ketika serumah sama mertua, sikap ketika bertetangga, smart saat belanja, romantisme ala Rasulullah, sampe aktivitas suami istri. (Ahaaii,. jujur, pertama kali baca tentang ini ada banyak deg2an >.< takut-takut gimanaaa gitu. Ya penasaran juga). Yap, emang perlu banget kita tau tentang 'itu'. Udah bukan hal tabu lagi buat kita kalau untuk sekedar tahu. Apalagi buat yang sedang mempersiapkan pernikahan. Karena pernikahan tanpa ilmu, itu akan sedikit banyak memberi masalah lho,...... Sungguh.
      Tau nggak, memang benar, tekanan psikologis pada para wanita dalam soal pernikahan jauh lebih besar ketimbang yang dirasakan kaum pria. Makanya perlunya kita (terutama wanita) lebih banyak mempersiapkan ilmunya.
     Right, saatnya kita menyadari dan mempersiapkan diri menyambut pernikahan apa adanya. ^_~
     Ada Quote dari Bu Liliana yang paling aku suka, "Cinta sayang,.. cintailah suamimu. Cintailah pilihan hatimu. Cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta,...." :)
     Iya,... dan aku,... aku sangaaaattttt mencintai suamiku. Selamanya,....... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar