Dear to Para Aktivis,...
Sungguh,. terharu banget pas baca tuLisan ini. entah ini tuLisan siapa, yang jeLas tuLisan ini udah menyadarkan banyak para aktivis buat inget lagi sama keLuarganya,. termasuk aku,. hiks,... ummi,... :'( jadi pengen puLang deehhh,.... huhuhu,...
"Dimana rumahmu, Nak?"
Anakku, sejak mereka biLang engkau seorang aktivis, Ibu kembali mematut diri menjadi ibu seorang aktivis. Dengan segala kesibukkanmu, Ibu berusaha mengerti betapa engkau ingin agar waktumu terisi dengan segaLa yang bermanfaat. Ibu sungguh mengerti itu, Nak. tapi, apakah menghabiskan waktu dengan Ibumu ini adalah sesuatu yang sia-sia, Nak? sungguh setengah dari umur Ibu telah ibu habiskan untuk membesarkan dan menghabiskan waktu bersamamu, Nak. tanpa pernah ibu berfikir bahwa itu adaLah waktu yang sia-sia.
Anakku, kita memang berada di satu atap, Nak. di atap yang sama saat duLu engkau bermanja dengan Ibumu ini. Tapi dimanakan rumahmu, Nak? Ibu tak lagi meLihat jiwamu di rumah ini. Sepanjang hari ibu tunggu kehadiranmu di rumah dengan penuh doa agar Allah senantiasa menjagamu. Larut maLam engkau kembali dengan wajah kusut. Mungkin tawamu telah habis hari ini, tapi Ibu berharap engkau sudi mengukir senyum untuk Ibu yang begitu merindukanmu. Ah, lagi-lagi ibu terpaksa harus mengerti, bahwa engkau begitu Lelah dengna segala aktivitasmu hingga tak mampu Lagi tersenyum untuk Ibu. Atau jangankan untuk tersenyum, sekedar untuk mengaLihkan pandangan pada Ibumu saja engkau katamu engkau sedang sibuk mengerjar deadLine.
PadahaL, andai kau tahu nak, Ibu ingin sekaLi mendengar segaLa kegiatanmu hari ini, memastikan engkau baik-baik saja, memberi sedikit nasehat yang Ibu yakin engkau pasti Lebih tahu. Ibu memang bukan aktivis sekaLiber engkau, Nak, tapi bukankah aku ini Ibumu? yang 9 buLan waktumu engkau habiskan di daLam rahimku,...
Anakku,. Ibu mendengar engkau sedang begitu sibuk, Nak. Nampaknya engkau begitu mengkhawatirkan nasib organisasimu, engkau mengatur segaLa strategi untuk mengkader anggotamu. Engkau nampak amat peduLi dengan semua itu, Ibu bangga padamu. Namun, sebagian hati ibu muLai bertanya, Nak. Kapan trakhir engkau menanyakan kabar ibumu ini, Nak? Apakah engkau mengkhawatirkan Ibu seperti engkau mengkhawatirkan keberhasiLan acaramu? Kapan terakhir engkau menanyakan kadaan adik-adikmu, Nak? Apakah adik-adikmu ini tidak Lebih penting dari anggota organisasimu, Nak?
Anakku,. Ibu sungguh sedih mendengar ucapanmu. Saat engkau merasa sangat tidak produktif ketika harus menghabiskan waktu dengan keLuargamu. Memang Nak, menghabiskan waktu dengan keLuargamu tak akan menyeLesaikan tumpukan tugas yang harus kau buat, tak juga menyeLesaikan berbagai amanah yang harus kau lakukan. Tapi bukankah keLuargamu ini adalah tugasmu juga, Nak? Bukankah keLuargamu ini adalah amanahmu yang juga harus kau jaga, Nak?
Anakku,. Ibu mencoba membuka buku agendamu. Buku agenda sang aktivis. JadwaLmu begitu padat Nak, ada rapat disana sini, ada jadwal mengkaji, ada jadwal bertemu dengan tokoh-tokoh penting. Ibu membuka lembar demi lembarnya, disana ada sekumpuLan agendamu, ada sekumpuLan mimpi dan harapanmu. Ibu membuka lagi lembar demi lembarnya, masih saja Ibu berharap bahwa nama Ibu ada disana. Ternyata memang tak ada nak, tak ada agenda untuk bersama Ibumu yang renta ini. Tak ada cita-cita untuk Ibumu ini. Padahal Nak, andai engkau tahu sejak kau ada di rahim Ibu tak ada cita dan agenda yang lebih penting untuk Ibu seLain cita dan agenda untukmu, putra keciLku,...
Kalau boLeh Ibu meminjam bahasa mereka, mereka biLang engkau seorang organisatoris yang profesional. Bolehkah Ibu bertanya, Nak, dimana profesionalitasmu untuk Ibu? Dimana profesionalitasmu untuk keLuarga? Dimana engkau letakkan keLuargamu daLam skala prioritas yang kau buat?
Ah, waktumu terLalu mahaL, Nak. Sampai-sampai Ibu tak lagi mampu untuk membeLi waktumu agar engkau bisa bersama Ibu,..
Setiap pertemuan pasti akan menemukan akhirnya. Pun pertemuan dengan orang tercinta. Ibu, Ayah, Kakak, dan Adik. Akhirnya tak mundur sedetik tak maju sedetik. Dan hingga saat itu datang, jangan sampai yang tersisa hanyaLah penyesaLan. Tentang rasa cinta untuk mereka yang juga masih maLu tuk diucapkan. Tentang rindu kebersamaan yang terLambat teruntai,... :)
Shubhanallah.. bergetar membacanya..
BalasHapusterimakasih, Rama,.
BalasHapus