A.
Hadiah
1. Pengertian
Menurut
Hendi Suhendi, hadiah adalah pemberian dari seseorang kepada orang lain tanpa
adanya penggantian dengan maksud memuliakan.[1]
Ngalim
purwanto mengatakan hadiah sama dengan ganjaran. Hadiah adalah salah satu alat
pendidikan. Jadi, dengan sendirinya maksud hadiah itu adalah sebagai alat untuk
mendidik anak-anaknya supaya anak merasa senang karena perbuatan dan
pekerjaannya mendapat penghargaan. Umumnya, anak mengetahui bahwa pekerjaan atau
perbuatannya yang menyebabkan ia mendapat ganjaran yang baik.[2]
2. Macam-macam
hadiah
Untuk
menentukan ganjaran macam apakah yang baik diberikan kepada anak merupakan
suatu hal yang sulit. Ganjaran sebagai alat pendidikan banyak sekali macamnya.
Beberapa macam perbuatan atau sikap pendidik yang dapat merupakan ganjaran bagi
anak didiknya:
a. Guru
mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan suatu jawaban yang diberikan
oleh seorang anak.
b. Guru
memberikan kata-kata yang menggembirakan (pujian) seperti, “rupanya sudah baik
pula tulisanmu, Nak. Kalau kamu terus berlatih, tentu akan lebih baik lagi.”
c. Pekerjaan
dpat juga menjadi suatu syarat ganjaran. Contoh, “engkau akan segera saya beri
soal yang lebih sukar sedikit, Nak. Karena nomor tiga ini rupanya agak terlalu
baik engkau kerjakan.”
d. Hadiah
yang ditujukan kepada seluruh kelas sering sangat perlu. Misalnya, “karena saya
lihat kalian telah bekerja dengan baik dan lekas selesai, sekarang saya (guru)
akan mengisahkan sebuah cerita yang bagus sekali.” Hadiah untuk seluruh kelas
dapat juga berupa bernyanyi atau pergi darmawisata.
e. Hadiah
dapat pula berupa benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak-anak.
Misalnya; pensil, buku tulis, permen, atau makanan yang lain. Tetapi dalam hal
ini guru harus berhati-hati dan bijaksana sebab benda-benda itu mudah benar
ganjaran berubah menjadi “upah” bagi murid-murid.
3. Syarat-syarat
memberi hadiah
Bagi
seorang pendidik memberi suatu ganjaran bukanlah soal yang mudah. Terkadang
juga berpikir ganjaran-ganjaran macam apakah yang baik diberikan kepada peserta
didik. Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan oleh pendidik:
a. Untuk
memberi hadiah yang p
4. Adagogis
perlu sekali guru mengenal betul-betul muridnya dan tahu menghargai dengan
tepat. Hadiah dan penghargaan yang salah dan tidak tepat dpat membawa akibat
yang tidak diinginkan.
5. Hadiah
yang diberikan kepada seorang anak hendaknya janganlah menimbulkan rasa cenburu
atau iri hati bagi anak yang lain yang merasa pekerjaannya juga lebih baik,
tetapi tidak mendapat ganjaran.
6. Memberi
hadiah hendaklah hemat. Terlalu kerap atau terus-menerus memberi ganjaran dan
penghargaan akan menjadi hilang arti ganjaran itu sebagai alat pendidikan.
7. Jaganlah
memberi hadiah dengan menjanjikan terlebih dahlu sebelum anak-anak menunjukkan
prestasi kerjanya apalagi bagi ganjaran yang diberikan kepada seluruh kelas.
Hadiah yang telah dijanjikan terlebih dahulu, hanyalah akan membuat anak-anak
terburu-buru dalam bekerja dan akan membawa kesukaran-kesukaran bagi beberapa
orang anak yang kurang pandai.
8. Pendidik
harus berhati-hati memberi hadiah, jangan sampai hadiah yang dibeirkan kepada
anak-anak diterimanya sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukannya.[3]
B.
Reinforcement
1. Pengertian
Reinforcement
dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia adalah penguatan. Dalam kamus Besar Bahasa
Indonesia, reinforcement adalah proses, cara, perbuatan, menguati atau
menguatkan.[4]
Istilah
reinforcement (peneguhan atau penguatan) berasal dari skinner salah seorang
ahli psikologi belajar behavoristik, dia
mengartikan reinforcement sebagai setiap konsekuensi atau dampak tingkah laku
yang memperkuat tingkah laku tertentu. Reinforcement juga dapat diartikan
stimulus yang meningkat kemungkinan timbulnya respon tertentu.
2. Macam-macam
reinforcement
Reinforcement
terbagi menjadi dua, yaitu reinforcement positif dan reinforcement negative.
Reinforcement positif identik dengan
hadiah (reward), sedangkan yang negative identik dengan pemberian hukuman.
Namun perlu adanya penelitian lebih jauh untuk reinforcement negative karena
mengandung dua akibat. Bisa berakibat terhentinya perilaku dan juga bisa
membuat perilaku diulangi lagi.
End then,... ini tambahan materi dari buku yang lain,... ^_~
Sumber:
Drs. Thoifuri, M.Ag. 2007. Menjadi Guru
Inisiator. Semarang: Rasail Media Group
a.
Metode
penghargaan
Metode ini mengedepankan
kegembiraan dan positif thinking, yaitu
memberikan hadiah pada anak didik, baik yang berprestasi akademik maupun yang
berperilaku baik. Penghargaan hadiah dianggap sebagai media pengajaran yang
preventif dan representative untuk membuat senang dan menjadi motivator belajar
anak didik. Maksudnya, pemberian hadiah harus didahulukan daripada hukuman, karena
pemberian hadiah lebih baik pengaruhnya dalam usah aperbaikan pengajaran. Dan
bagi guru inisiator tentu mudah melaksanakan metode ini, karena ia ingin selalu
dekat dan menjadi sumber inspirasi anak didiknya.
Adapun kelebihan metode ini adalah
mampu menciptakan kompetisi obyektif peserta didik untuk melakukan hal-hal yang
positif dan progresif, serta dapat menjadi motivasi siswa lainnya untuk belajar
lebih giat lagi. Kekurangan metode ini adalah dapat menimbulkan dampak negative
manakala guru berlebihan dalam melakukannya, sehingga mengakibatkan siswa besar
kepala, sombong, dan merasa dirinya lebih baik dan lebih tinggi dari
teman-teman lainnya.
Contoh di kelas seperti apa yang
dilakukan pak Agung dengan memberikan reward berupa point-point tambahan bagi
mahasiswa yang bertanya, memberi tanggapan atau tambahan, dan menjadi
moderator.
b.
Metode
hukuman
Metode ini berlawanan dengan metode
pemberian hadiah. Metode pengajaran hukuman memang perlu (suatu saat)
diterapkan pada anak didik agar ia tidak mudah melakukan tindak negative.
Metode ini sebagai media preventif dan represif bagi siswa sebagai implikasi
perbuatannya yang tidak baik.
Bagi guru, bukan berarti tidak
diperbolehkan menggunakan metode pengajaran hukuman ini. Guru ini boleh
menerapkannya dalam kondisi terpaksa setelah melihat penyimpangan anak didiknya
yang sudah tidak bisa ditolerir lagi. Metode hikuman sebagai jalan terakhir
dengan prinsip tidka menyakiti secara fisik, melainkan hikuman yang bersifat
ekademik dan edukatif dengan tujuan menyadarkan siswa dari kesalahan yang
diulang-ulang.
Kelebihan metode pengajaran hukuman
ini adalah untuk memperbaiki kesalahan siswa, sehingga tidak mengulangi
kesalahan yang sama. Bagi guru tentunya tanggap bahwa kesalahan pada anak
didiknya satu kali saja sudah merasa sebagai kegagalan dalam mengajar. Oleh
karenanya, metode ini diterapkan agar siswa merasakan akibat perbuatannya
sehingga ia akan menghormati guru dan dirinya sendiri.
Kelemahan metode ini adalah jika
hukuman yang diberikan tidak bersifat akademik, maka akan membangkitkan
emosional anak didik, suasana menjadi rusuh, tidak kondusif, anak takut, kurang
percaya diri, pemalas dan yang paling tragis lagi adalah mengurangi keberanian
siswa untuk mengelurkan pendapat dan berbuat. Yang artinya, tidak hanya sakit
secara fisik saja, tapi juga kondisi psikisnya.
[1]
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo, 2007), hlm.211.
[2] M.
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis
dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hlm.182.
[3] Ibid, hlm.182.
[4]
Tim Penyusun Kamun Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1989), hlm.468.