Tugas ini disusun sebagai syarat mata kuliah manajemen konseling
Dosen pengampu: fifi nofiaturrahmah, M.Pd.I
Tugas: Me-review buku
IDENTITAS BUKU
Judul:
Kiat mengatasi gangguan belajar
Penulis:
Derek wood, dkk
Tahun
terbit: 2011
Penerbit:
KATAHATI
Jumlah
halaman: 215 hal
PENDAHULUAN
Sebagai
calon guru sekaligus calon konselor bagi anak didiknya, sudah seharusnya
mengenal dan memahami dunia anak dengan segala pernak-pernik di dalamnya. Baik
itu kesenangan maupun permasalah yang mereka hadapi dalam proses belajar-mengajar.
Seorang guru harus dapat mengetahui kondisi psikologis setiap anak didiknya.
Hal ini sangat membantu dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi anak. Inilah
pentingnya bagi kita mengetahui apa masalah yang banyak dihadapi para siswa.
Kegiatan
belajar tentu akan efektif jika kondisi lingkungan juga mendukung. Baik dari
guru, siswa, sekolah, maupun orang tua. Namun sering juga permasalahan muncul
dari dalam diri siswa. Yakni salah satunya adalah kesulitan dalam belajar.
Buku
ini sangat cocok bagi kita para calon guru untuk mengetahui salah satu masalah
psikologis yang banyak mendera peserta didik. Masalah yang dibahas dalam buku
ini adalah mengenai gangguan dalam proses belajar dan gangguan dalam hal
memusatkan perhatian.
ISI
Buku
ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama yaitu gangguan dalam proses
belajar, dan bagian kedua yaitu gangguan dalam hal memusatkan perhatian.
Pada
bagian pertama ini dibahas mengenai gangguan dalam prose belajar, jenis-jenis
kesulitan belajar, factor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar, bantuan
apa saja yang dapat diberikan, serta pandangan umum mengenai kesulitan belajar.
Sedangkan
pada bagian kedua dibahas mengenai gangguan konsentrasi dengan sikap hiperaktif
(ADHD), pentingnya psikoterapi dalam menangani ADHD, gangguan konsentrasi pada
orang dewasa, ADHD yang terjadi seumur hidup, concerta, manajemen ingatan
emosional, serta pemahaman mengenai autism.
BAGIAN
PERTAMA
Gangguan dalam proses belajar
Gangguan
dalam proses belajar dapat bermacam-macam. Mulai dari kesulitan mengemukakan
gagasan, tidak mampu memusatkan perhatian, mengalami kesulitan dalam membaca (dyslexia) atau beragam jenis kesulitan
belajar yang lain. Orang yang mengalami kesulitan dalam belajar kemungkinan
akan mengalmi kegagalan yang berturut-turut dalam proses akademiknya dan
memiliki rasa percaya diri yang rendah.
Akan tetapi gangguan dalam proses belajar ini masih dapat ditolong.
Fakta membuktikan bahwa kesulitan dalam belajar ini kebanyakan hanya memengaruhi
sebagian saja dalam tahapan perkembangan seorang anak.
Apa yang dimaksud dengan gangguan belajar? Gangguan
belajar atau Learning Disorder adalah
ketidakmampuan dalam mengubungkan berbagai informasi serta kesulitan dalam
kemampuan seseorang untuk menafsirkan apa yang mereka lihat dan dengar.
Kelemahan ini akan tampak dalam beberapa hal, seperti kesulitan dalam berbicara
dan menuliskan sesuatu, koordinasi, pengendalian diri atau perhatian.
Kesulitan-kesulitan ini tampak ketika melakukan kegiatan belajar. Kesulitan
belajar dapat berlangsung dalam waktu yang lama.
Apakah kesulitan belajar itu?
Kesulitan
belajar dapat dibagi menjadi tiga kategori besar, yakni: kesulitan dalam
berbicara dan berbahasa, permasalahan dalam hal kemampuan akademik, dan
kesulitan dalam mengoordinasi gerakan anggota tubuh.
Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa. Kesulitan
belajar ini memiliki cirri-ciri spesifik, diantaranya: keterlambatn dalam hal
pengucapan bunyi bahasa, keterlambatan dalam hal mengekspresikan pikiran atau
gagasannya melalui bahasa yang baik dan benar, dan keterlambatan dalam hal
pemahaman bahasa.
Gangguan kemampuan akademik. Cirri-cirinya
adalah mengalami keterlambatan dalam hal membaca atau disleksia, menulis,
mendengarkan, dan berbicara.
Kesulitan dalam memusatkan perhatian. Dari
hasil penelitian, hampir 4 juta anak sekolah, 20% dari mereka mengalami
kesulitan dalam memusatkan perhatian. Hal ini seringkali nampak dengan gemarnya
melamun pada saat pelajaran.
Factor-faktor yang menyebabkan kesulitan
belajar. Para ahli kesehatan jiwa menyatakan bahwa hingga saat ini masih
belum bisa memastikan secara pasti penyebab kesulitan belajar karena begitu
kompleksnya penyebab kusulitan belajar. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
penyebab kesulitan belajar tidak hanya berkaitan dengan bagian otak tertentu
saja, tapi juga karena kesulitan dalam menyalurkan berbagai informasi yang
dating dari berbagai bagian otak secara bersama-sama.
Adapun
factor penyebab lainnya antara lain: masalah selama kehamilan dankelahiran,
tembakau, alcohol, obat-obatan terlarang, dan racun di lingkungan sekitar
anak-anak.
Bantuan apa yang bisa diberikan?
Orang
tua harus menyadari keterlambatan perkembangan yang dialami anaknya semasa awal
masa pertumbuhan. Seorang guru juga harus menyadarinya ketika anak didiknya
mengalami kesulitan dalam belajarnya. Kesulitan belajar yang dialami anak-anak
yang sopan dan pendiam di kelas kemungkinan besar sulit dideteksi. Berbeda
dengan anak-anak yang menunjukkannya dengan hiperaktif. Jika ditemukan anak
seperti itu secepatnya pendidik, orang tua memberikan pertolongan dengan
memberikan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan sang anak.
Jenis obat-obatan apa yang tersedia? Tiga
macam obat-obatan yang sering digunakan adalah Ritalin (methylphenidate), Dexedrine (dextroamphetamine),
dan Cylert (pemoline). Obat ini dapat
membuat anak dapat memusatkan perhatiannya dalam jangka waktu tertentu dan
membantu anak mengendalikan dorongan hati mereka yang meledak-ledak serta
perilaku hiperaktif mereka. Obat-obatan efektif bekerja selama 3 hingga 4 jam
serta berada dalam tubuh selama 12 jam.
Bagaimana upaya kelurga untukmengatasinya? Kelurga
yang memiliki anak yang mengalami kesulitan belajar akan mengalami beban
emosional. Orang tua seringkali mengalami beban emosional, penolakan, sikap
menyelahkan diri sendiri, frustasi, marah dan putus asa. Bimbingna konseling
dapat sangat membantu orang yang mengalami keterlambatan belajar beserta
keluarganya. Konseling dapat membantu mempengaruhi anak-anak, remaja, serta
orang dewasa untuk mengembangkan rasa pengendalian diri yang lebih besar serta
sikap positif terhadap kemampuan mereka sendiri. Juga terhadap keluarga dapat
meringankan beban penderitaan serta memperoleh dukungan dan rasa aman ketika
berbincang dengan konselor atau ahli psikologi.
Dapatkah kesulitan belajar disembuhkan? Tidak.
Mestki keterlambatan belajar tidak dapat disembuhkan, namun masih ada harapan.
Bagi orang yang menderita disleksia, program pembacaan pengobatan yang layak
dapat membantu orang tersebut mencapai kemajuan yang pesat.
Kepedulian pemerintah terhadap penderita
keterlambatan belajar. Undang-undang Pendidikan bagi Individu Penderita
Cacat (The Individuals with Disabilities
Education Act) tahun 1990 menjamin adanya institusi pendidikan umum bagi
anak-anak yang didiagnosis mengalami keterlambatan belajar. Institusi pendidkan
dan perguruan tinggi yang didanai oleh public harus menghapuskan batasan
terhadap mahasiswa penyandang cacat. Hasilnya, kini banyak sekolah yang
merekrut dan bekerja dengan mahasiswa penyandang keterlambatan belajar sehingga
memungkinkan mereka untuk menghadiri perkuliahan.
Pandangan umum mengenai kesulitan belajar
Berikut
adalah kelemahan-kelemahan yang dialami penderita kesulitan belajar (LD):
Membaca. Mereka mengalami kesulitan
dalam mengartikan atau mengenali struktur kata-kata (misalnya huruf atau suara
yang seharusnya tidak diucapkan, sisipan, penggantian atau kebalikan) atau
memahaminya (misalnya, memahami fakta-fakta dasar, gagasan utama, urutan
kronologis, atau topic sebuah bacaan).
Bahasa tertulis. Ini tampak dari tulisan
tangan, kemampuan mengeja, susunan kata, penggunaan kosakata, kualitas tulisan
yang dihasilkan, dan penyusunan karangan.
Matematika. Masalah lain timbul dalam
wujud kesulitan membedakan angka, symbol-simbol, serta bangun-bangun ruang
(kemampuan persepsi visual yang buruk), tidka sanggup mengingat rumus-rumus
matematis (ingatan yang buruk), menulis angka yang tidak terbaca atau dalam
ukuran kecil (kelemahan fungsi motorik), dan tidak memahami makna symbol-simbol
matematis.
Memori. Penderita LD juga mengalami
kelemahan dalam mengingat.
Metakognisi. Penderita LD juga memiliki
peluang untuk menderita kelemahan dalam bidang metakognisi, yakni kesadaran
tentang bagaimana seseorang berpikir serta memantau apa yang dipikirkannya.
Kelemahan dalam bidang ini pada akhirnya akan memengaruhi kemampuan mereka
untuk menerapkan suatu strategi dalam tempat serta waktu yang tepat.
BAGIAN
KEDUA
Gangguan Konsentrasi dengan Sikap
Hiperaktif (ADHD).
ADHD
adalah sebuah gangguan kejiwaan yang pengaruhnya bisa mengarah pada orang-orang
yang ada disekitar penderita. ADHD ini adalah satu-satunya gangguan jiwa “yang
dilakukan di luar kesadaran”. ADHD terjadi karena keterbelakangan atau ketidak
mampuan mental sehingga para penderitanya gagal untuk berperilaku secara
pantas. (Schaughency & Rothlind, 1991).
Anak
penderita ADHD mengalami banyak sekali masalah dengan lingkungan sekitarnya.
Mereka tidak disenangi dan ditolak keberadaannya. Hampir 80% penderita ADHD ditangani
dengan terapi obat-obatan. Empat permasalahan yang diajukan oleh pasien ADHD
adalah tekanan kejiwaan dan rasa khawatir alam menghadapi tuntutan hidup, rasa
penghargaan dan rasa percaya diri yang rendah, kesedihan karena gagal mencapai
sesuatu, dan rasa tak berdaya. Terapi paling efektif adalah dengan metode
terapi kebiasaan dan obat-obatan yang dipandu oleh psikiater.
Gangguan Berkonstrasi Pada Diri Orang
Dewasa.
Penderita
ADD (gangguan konsentrasi) dewasa umumnya mengalami masalah dalam menyelesaikan
tugas, menjalin hubungan, dan mengendalikan perasaan. Terdapat tes gejala ADD
bagi orang dewasa dimana dari pernyataan-pernyataan yang diajukan, ternyata
mengalami lebih dari 10 hal tersebut maka ada kemungkinan menderita ADD.
Orang
dewasa penderita ADD masih dapat memperoleh bantuan secara alami tanpa efek
samping obat-obatan peringan melalui metode diet khusus, olahraga, serta
perubahan pola hidup.
ADHD yang Terjadi Seumur Hidup.
Dalam
bagian ini penulis menuliskan criteria diagnosis ADHD. Seperti gejala-gejala
awal yang terjadi pada 6 bulan pertama, kegagalan memusatkan perhatian,
hiperaktivitas, dan impulsivitas.
Ada
sebuah penemuan yang menyatakan bahwa anak-anak penderikta ADHD memiliki
kecenderungan yang tinggi untuk mengalami gangguan kejiwaan lainnya. Terutama
gangguan dalam pola kebiasaan, perasaan, rasa takut berlebihan, serta masalah
pada kecerdasan kognitif. Semua jenis ADHD memiliki hubungan dengan gangguan
kejiwaan yang berhubungan dengan rasa takut berlebihan, dan yang terparah
adalah jenis ADHD-C. Keterlambatan atau gangguan belajar juga tampak pada penderita
ADHD.
Riset
studi Reid dan Maag (1994) mencatat bahwa hamper 50% penderita ADHD mengalami
kesulitan membaca, 40%nya mengalami kesulitan dalam bidang matematika, dan
sekitar 30% mengalami kesulitan baik dalam matematika maupun membaca.
Akibatnya, penderita ADHD mestinya diberi pendidikan khusus.
Penderita
ADHD juga mengalami kesulitan bersosialisasi, seperti: kebiasaan untuk menyela
sesuatu, kemampuan berkomunikasi yang rendah, kemampuan bersosialisasi yang
rendah, dan pengendalian emosi yang buruk.
Jaquith
(1996) mencatat bahwa ada tiga aspek utama sehubungan dengan perkembangan fisik
anak-anak penderita ADHD, yakni memproses cerapan yang masuk melalui kelima
panca indera, pengetahuan akan ruang, dan bertumbuhnya kesadaran diri.
Berkurangnya proses pendengaran dan penglihatan akan mengakibatkan masalah
dengan ingatan atau memori jangkapendek. Kurangnya pengetahuan akan ruang
mengakibatkan anak mudah sekali menumbuk sesuatu serta tidak dapat
mengoordinasi tubuhnya dengan baik.
Pada
perkembangan psikologisnya, anak-anak penderita ADHD sangat sensitive terhadap
saran atau tanggapan orang lain, dengan ejekan dari teman sebaya, dan kritik
dari orangtua dan guru. Inilah yang menyebabkan anak mulai menggambarkan
dirinya negative, merasa rendah diri, marah, dan tertekan.
Mengenai
interaksi dengan lingkungan, anak-anak penderita ADHD cenderung gelisah. Seay
(1999) mencatat bahwa banyak gejala kognitif yang hadir di kalangan penderita
ADHD yang memiliki andil terhadap permasalahan yang lebih luas. Masalah ini terdiri
dari blingking, scanning, multitracking,
flooding, radial thinking, dan hyper-focus.
Blingking berarti seseorang mudah
kehilangan focus atau konsentrasi. Scanning adalah bila pikiran tidak dapat menyaring
rangsangan atau cerapan yang berasal dari luar. Multitracking adalah ketika ketidakmampuan anak mengikuti atau
memusatkan perhatian pada salah satu objek. Flooding
merupakan sikap menyerap segala sesuatu dilingkungannya sehingga
menyebabkan mereka bereaksi berlebihan bila disbanding orang lain. Radial thinking adalah ketidakmampuan
untuk berfikir sistematis dan logis. Dan Hyper-focus
adalah perhatian yang berlebihan terhadap suatu objek.
Pada
masa kanak-kanaknya, penderita ADHD memiliki kesullitan membina hubungan dengan
teman sebayanya. Anak penderita ADHD dapat dipandang negative oleh
teman-temannya. Lemahnya pengendalian diri dapat menimbulkan tindakan-tindakan
seperti mendorong, memukul, mencengkeram anak lainnya, dll.
Pada
orang dewasa penderita ADHD, salah satu masalah yang timbul adalah bila mereka
diberi beberapa pekerjaan sekaligus, mereka mungkin hanya akan membolak-balik
kertas kerja tersebut karena sulit bagi mereka untuk berkonsentrasi. Goldstein
(1997) mencatat bahwa penderita ADHD lebih sering berhubungan dengan polisi
dibandingkan dengan kelompok lainnya, dimana rasionya 19:3.
Bila
seorang anak didiagnosis menderita ADHD, maka tidak hanya perlu memdidik sang
anak saja, tapi juga keluarganya. Karena dari keluarga dapat meminimakan efek
samping yang ada.
ADHD Pada Anak-Anak dan Dewasa
ADHD
menhinggapi satu diantara 20 anak, dengan jumlah anak laki-laki penderita ADHD
empat kali lebih banyak dibandingkan anak perempuan.
Apa yang menyebabkan ADHD? Belum ada
satupun penyebab pastinya. Berbagai virus, zat-zat kimia berbahanya yang ada di
lingkungan sekitar, factor genentika, masalah selama kehamilan atau kelahiran,
atau apa saja yang dapat menimbulkan kerusakan perkembangan otak, berperan
penting sebagai factor penyebab ADHD.
Apa bantuan yang dapat diberikan? Dapat dengan
memberikan obat-obatan (jenis stimulan) dan terapi perilaku. Dapatkah dicegah? Dikarenakan banyaknya
factor yang dapat menyebabkan ADHD, maka pencegahannya pun akan sulit
dilakukan. Bagi ibu hamil menjaga kesehatannya dari alcohol, obat-obatan
terlarang, tembakau, dan zat-zat kimia berbahaya lainnya selama proses
kehamilan.
Concerta
Concerta
adalah jenis obat baru untuk mengobati penderita ADHD. Meski concerta
menawarkan lebih banyak kelebihan dibandingkan obat ADHD lainnya, namun
penggunaan concerta juga menimbulkan berbagai efek samping.
Efek
samping concerta meliputi: sakit perut, merasa jengkel. Gelisah, permusuhan,
dan kesedihan, ketergantungna obat, pening, sakit kepala, ketegangna urat
saraf, tidak dapat tidur atau tidur terlalu lama, menimbulkan demam, sinusitis,
infeksi pernapasan bagian atas, mual dan muntah, alergi, meningkatnya tekanan
darah, dan gangguan kejiwaan seperti pemikiran yang tidak normal atau
halusinasi.
Yogyakarta, 2 Maret
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar