Selamat membaca,... ^^
Arti Disiplin
Konsep popular dari “disiplin” adalah sama dengan “hukuman”.
Menurut konsep ini, disiplin digunakan hanya bila anak melanggar peraturan dan
perintah yang diberikan orang tua, guru atau orang dewasa yang ebrwewenang
mengatur kehidupan bermasyarakat, tempat anak itu tinggal.
Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple”,
yakni seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seoran
gpemimppin. Orang tua dan gru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang
belajar dari mereka cara hidup yang menuju ke hidup yang erguna dan bahagia.
Jadi disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang
disetujui kelompok.
Tujuan disiplin adalah membentuk perilaku sedemikian rupa
hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya,
tempat individu itu diidentifikasikan.
Beberapa Kebutuhan
Masa Kanak-Kanak yang Dapat Diisi Oleh Disiplin
-
Disiplin memberi anak rasa aman dengan
memberitahukan apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.
-
Dengna membantu anak menghindari perasaan
bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah – perasaan yang pasti
mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk – disiplin memungkinkah
anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok social dan dengan demikian
memperoleh persetujuan masyarakat.
-
Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut
cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda
kasih saying dan penerimaan.
-
Disiplin yang sesuai dengan perkembangna
berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang
diharapkan darinya.
-
Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani
dalam pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku.
Mengapa disiplin diperlukan, ya???
ini dia,... :)
Pada masa lampau, disiplin dianggap perlu untuk menjamin
bahwa anak akan menganut standar yang ditetapkan masyarakat dan yang harus
dipatuhi anak agar ia tidak ditolak masyarakat.
Disiplin perlu untuk perkembangan anak, karena ia memenuhi
beberapa kebutuhan tertentu. Contoh kebutuhannya? Mungkin contohnya disiplin
dalam hal waktu jam tidur, missal, jam 9 malam anak harus sudah bersiap tidur.
Lalu disiplin dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah, tugas rumah, dll. J
Terdapat banyak kondisi yang mempengaruhi kebutuhan anak
akan disiplin. Berikut enam diantaranya yang dianggap sangat penting:
1.
Karena terdapat variasi dalam laju perkembangan
anak. Tidak semua anak dengan usia yang sama dapat mempunyai kebutuhan akan
disiplin yang sama. Disiplin yang cocok untuk anak yang satu belum tentu cocok
untuk anak yang lain dengan usia yang sama.
Misalnya, beberapa kata yang lemah lembut
mungkin membuat satu orang anak mengerti bahwa ia tidak boleh bermain dengan
korek api, sedangkan anak lain dengan usia yang sama mungkin tidak mengerti
kata yang digunakan dalam larangan itu dan sentilan pada jarinya diperlukan
untuk membuatnya mengerti larangan tersebut.
2.
Kebutuhan akan disiplin bervariasi menurut waktu
dalam sehari. [?]
3.
Kegiatan yang dilakukan anak mempengaruhi
kebutuhan akan disiplin. Disiplin paling besar kemungkinannya dibutuhkan untuk
kegiatan sehari-hari yang rutin, misalnya makan, tidur atau membuat pekerjaan
rumah dan paling sedikit diperlukan bila anak bebas bermain sekehendak hatinya.
Sebagai contoh, bila anak menolak tidur atau makan, lebih diperlukan disiplin
daripada waktu mereka membaca atau bermain dengan mainan.
4.
Kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan hari
dalam seminggu. Hari senin dan akhir minggu merupakan saat disiplin paling
dibutuhkan.
5.
Disiplin lebih sering dibutuhkan dalam keluarga
besar daripada keluarga kecil. Semakin banyak anak dalam suatu keluarga,
semakin kurang perhatian dan pengawasan yang didapat dari orang tua, dan
semakin besar kemungkinan ada kecemburuan antarsaudara dan rasa permusuhan,
diikuti pertengkaran dan bentuk perilaku yang mengganggu lain.
6.
Kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan usai.
Anak yang lebih besar kurang membutuhkan disiplin dibandingkan anak kecil.
Dengan bertambahnya umur, mereka dapat berkomunikasi lebih baik dan dengan
demikian mengerti apa yang diharapkan dari mereka.
Anak yang lebih besar juga membutuhkan
disiplin yang berbeda jenisnya dari anak yang lebih kecil. Anak yang lebih
besar perlu diberi penjelasan mengapa bentuk perilaku tertentu dapat diterima
dan yang lain tidak. Memberi larangan saja, tidak cukup. Penjelasan membantu
memperluas konsep moral mereka dan memberi motivasi untuk melakukan apa yang
diharapkan.
Apa saja unsur-unsur DISIPLIN?
Unsur-Unsur Disiplin
Apa saja unsur-unsur DISIPLIN?
Unsur-Unsur Disiplin
Bila disiplin dianggap perlu untuk mendidik anak berperilaku
social yang dapat diterima dengan standar yang ditetapkan kelompok social
mereka, ia harus mempunyai empat unsure pokok. Ada empat cara mendisiplin yang
digunakan, yaitu:
1.
Peraturan sebagai pedoman perilaku
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk
tingkah laku. Pola tersebut mungkin ditetapkan oran guta, guru atau teman
bermain. Tujuannya adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui
dalam situasi tertentu.
Dalam hal peraturan sekolah misalnya,
peraturan ini mengatakan pada anak apa yang yang harus dan apa yang tidak boleh
dilakukan sewaktu berada di dalam kelas, sekolah, kantin dan yang lainnya.
Sebaliknya mereka tidak mengatakan apa yang tidak boleh dilakukan di rumah,
lingkungan sekitar rumah atau kelompok bermain yang tidak diawasi guru.
Demikian juga, peraturan di rumah
mengajarkan anak apa yang harus dan apa yang boleh dilakukan di rumah atau
dalam hubungan dengan anggota keluarga – seperti misalnya mengambil milik
saudara, tidak boleh membantah orang tua, dan yang lainnya.
Fungsi
peraturan.
Peraturan mempunya dua fungsi. Pertama, peraturan mempunyai nilai
pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui
anggota kelompok tersebut. Kedua, peraturan
membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Bila peraturan keluarga
mengatakan bahwa tidak seorang anak pun boleh mengambil mainan atau milik
saudaranya tanpa pengetahuan dan izin si pemilik, anak segera belajar bahwa hal
ini dianggap perilaku yang tidak diterima karena mereka dimarahi atau dihukum
bila melakukan tindakan terlarang ini.
Agar peraturan dapat memenuhi kedua fungsi
penting di atas, peraturan itu harus
dimengerti, diingat dan diterima oleh si anak. Bila peraturan diberikan
dalam kata-kata yang tidak dimengerti atau hanya sebagian dimengerti, peraturan
itu tidak berharga sebagai pedoman perilaku dan gagal mengekang perilaku yang
tidak diinginkan.
Umumnya lebih anyak peraturan diperlakukan
bagi anak kecil daripada bagi anak yang lebih besar. Menjelang masa remaja,
anak dianggap telah belajar apa yang diharapkan kelompok social dari mereka,
oleh sebab itu peraturan sebagai pedoman perilaku tidak lagi diperlukan. Akan
tetapi, karena banyak anak, seperti juga anak remaja dan orang dewasa,
kemungkinan lekas terglincir ke dalam perilaku yang tidak diinginkan jika tidak
ada peraturan, peraturan tetap berfungsi sebagai alat pengekang perilaku yang
tidak diinginkan, yaitu fungsi pokok kedua dari peraturan.
2.
Konsistensi dalam peraturan tersebut dan cara
yang digunakan untuk mengajarkan dan memaksakannya
3.
Hukuman untuk pelanggaran peraturan
Fungsi
hukuman.
Hukuman mempunyai tiga peran penting dalam
perkembangan moral anak. Fungsi pertama adalah
menghalangi. Hukuman menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan
oleh masyarakat. Bila anak menyadari bahwa tindakan tertentu akan dihukum,
mereka biasanya urung melakukan tindakan tersebut karena teringat akan hukuman
yang dirasakannya di waktu lampau akibat tindakan tersebut.
Fungsi kedua
adalah mendidik. Sebelum anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar
bahwa tindakan tertentu benar dan salah dengan mendapat hukuman karena
melakukan tindakan yang salah dan tidak menerima hukuman bila mereka melakukan
tindakan yang diperbolehkan. Dengan meningkatnya usia, mereka belajar peraturan
terutama lewat pengajaran verbal. Tetapi mereka juga belajar dari pengalaman
bahwa jika mereka gagal mematuhi peraturan sudah barang tentu mereka akan
dihukum. Ini memperkuat pengajaran verbal.
Fungsi ketiga
adalah memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima
masyarakat. Pengetahuan tentang
akibat-akibat tindakan yang salah perlu sebagai motivasi untuk menghindari
kesalahan tersebut.
Evaluasi
hukuman.
Ada dua criteria apabila mengevaluasi
berbegai bentuk hukuman, yaitu:
a.
Apakah hukuman tersebut sesuai ditinjau dari
sudut perkembangan? Apakah anak mengerti mengapa hukuman itu diberikan?
b.
Apakah hukuman tersebut memenuhi ketiga tujuan
disiplin (mendidik, menghalangi, dan memberi motivasi)?
Jika
hukuman yang digunakan membuat anak suka melawan dan bersikap bermusuhan,
motivasi untuk mencoba bersikap lebih baik secara social akan hilang. Sebaliknya,
mereka kan berusaha membalas, walaupun meungkin dengan cara memproyeksi rasa
amarah dan sikap permusuhan pada korban yang tidak bersalah alih-alih pada
orang yang menghukumnya.
Untuk hukuman badan, ada tiga
situasi dimana hukuman badan berguna, yakni:
a.
Bila tidak ada cara lain untuk mengkomunikasikan
larangan mengenai sesuatu yang mungkin berbahaya bagi diri anak atau orang
lain.
b.
Bila hukuman dapat diberikan pada saat tindakan
terlarang sedang berlangsung sehingga anak akan menghubungkan keduanya dan
mengerti mengapa tindakan itu dilarang.
c.
Bila berat hukuman badan disesuaikan dengan
berat kesalahan, anak akan mempunyai nilai edukatif.
4.
Penghargaan untuk perilaku yang baik yang
sejalan dengan peraturan yang berlaku.
Hilangnya salah satu hal pokok ini akan menyebabkan sikap
yang tidak menguntungkan pada anak dan perilaku yang tidak akan sesuai dengan
standard an harapan social. Contohnya, bila anak anak merasa bahwa mereka dihukum
secara tidak adil atau bila usaha mereka untuk menyesuaikan diri dengan harapan
social tidak dihargai oleh pihak yang berkuasa, hal itu akan melemahkan
motivasi mereka untuk berusaha memenuhi harapan social.
Karena empat hal pokok ini sangat berperan dalam
perkembangan selama masa kanak-kanak.
Hmmm,... Bagaimana ya cara menanamkan DISIPLIN pada anak?
aha! ini dia,..! ^^
Cara-Cara Menanamkan Disiplin
Nah, jika harus memberi hukuman pada anak, bagaimana agar hukuman yang diberikan itu memiliki nilai positif? Ini dia jawabannya,... :)
Pssstt,... ternyata ada sisi positif dan negatifnya loh dibalik DISIPLIN itu,.. mau tau?? ini dia,.. :)
Hmmm,... Bagaimana ya cara menanamkan DISIPLIN pada anak?
aha! ini dia,..! ^^
Cara-Cara Menanamkan Disiplin
Ada tiga cara dalam menanamkan disiplin, yaitu:
1.
Cara mendisiplin otoriter
Cara mendisilin yang otoriter ditandai
dengan adanya peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku
yang diinginkan. Tekniknya memberi hukuman yang berat bila terjadi kegagalan
atau kesalahan sedikit. Artinya, hukuman yang diberikan tidak seimbang dengan
kesalahan yang dilakukan. Atau sama sekali tidak ada persetujuan, artinya dalam
pembuatan peraturan tersebut tidak melibatkan anak di dalamnya. Atau tidak
adaya pujian atau penghargaan lainnya bila anak memenuhi standar yang
diharapkan.
Disiplin otoriter selalu berarti
mengendalikan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman, terutama hukuman
badan. Bahkan setelah anak bertambah besar, orang tua yang menggunakan
pengendalian otoriter yang kaku jarang mengendurkan pengendalian mereka atau
menghilangkan hukuman badan.
Tambahan pula, mereka tidak mendorong anak
untuk dengan mandiri mengambil keputusan-keputusan yang berhubungan dengan
tindakan mereka. Sebaliknya, mereka hanya mengatakan apa yang harus dilakukan,
dan tidak menjelaskan mengapa hal itu harus dilakukan. Jadi anak-anak
kehilangan kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikanperilaku mereka
sendiri.
Dalam keluarga dengan cara mendisiplin
otoriter yang lebih wajar, anak tetap dibatasi dalam tindakan mereka, dan
keputusan-keputusa diambil oleh orang uta. Namun keinginan mereka tidak
selurhnya diabaikan, dan pembatasan yang kurang beralasan, misalnya larangan
melakukan apa yang dilakukan teman sebaya, berkurang.
2.
Cara mendisiplin permisif
Disiplin permisif
sebetulnya berarti sedikit diseiplin atau tidak berdisiplin. Biasanya disiplin
permisif tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara social
dan tidak menggunakan hukuman.
Bagi banyak orang
tua, disiplin permisif merupakan protes terhadap disiplin yang kaku dank eras
masa kanak-kanak mereka sendiri. Dalam hal seperti itu, anak sering tidak
diberi batas-batas atau kendala yan gmengatur apa saja yang bolah dilakukan;
mereka diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak
mereka sendiri.
3.
Cara mendisiplin demokratis
Cara mendisiplin
demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti
mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin daripada aspek
hukumannya.
Bila anak masih
kecil, mereka diberi penjelasan mengenai peraturan yang harus dipatuhi dalam
kata-kata yang dapat dimengerti. Misalnya, bila ada peraturan bahwa mereka
tidak boleh menyentuh kompor di dapur, mereka diberitahu bahwa perbuatan itu akan menyakiti mereka, atau
diperlihatkan, dengan mendekati tangan mereka pada kompor, arti kata “sakit”
dan mengapa mereka tidak boleh menyentuh kompor.
Dengan
bertambahnya usia, mereka tidak saja diberi penjelasan tentang peraturan,
melainkan juga diberi kesempatan untuk menyatakan pendapat mereka tentan
gperaturan. Contohnya, bila peraturan itu berbeda dari peraturan teman mereka,
orang tua memberi mereka kesempatan untuk mengemukakan mengapa mereka merasa
mereka tidak perlu mematuhi peraturan yang tidak berlakku bagi teman mereka.
Bila alasan mereka masuk akal, oran guta yan gmenggunakan disiplin demokratis
biasanya mau mengubah peraturan mereka.
Disiplin
demokratis menggunakan hukuman dan penghargaan, dengan penekaan yang lebih
besar pada penghargaan. Hukuman tidak pernah keras dan biasanya tidak berbentuk
hukuman badan. Hukuma hanya digunakan bila terdapat bukkti bahwa anak secara
sadar menolak melakukan apa yang diharapkan dari mereka. Bila perilaku anak
memenuhi standar yang diharapkan, oran guta yang demokratis akan menghargainya
dengan pujian atau pernyataan persetujuan yang lain.
Falsafah yang
mendasari disiplin demokratis ini adalah falsafah bahwa disiplin bertujuan
mengajar anak mengembangkan kendali atas perilaku mereka sendiri sehingga
mereka akan melakukan apa yang benar, meskipun tidak ada penjaga yang mengancam
mereka dengan hukuman bila mereka melakukan sesuatu yang tidak dibenarkan.
Pengendalian internal atas perilaku ini adalah hasil usaha mendidik anak untuk
berperilaku menurut cara yang benar dengan memberi mereka penghargaan.
End then,... apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi cara menDISIPLIN?? o_0
Factor-Faktor Yang
Mempengaruhi Cara Mendisiplin
1.
Kesamaan dengan disiplin yang digunakan orang
tua
Bila orang tua dan guru merasa bahwa oran
gtua mereka berhasil mendidik mereka dengan baik, mereka menggunakan teknik
yang serupa dalam mendidik anak asuhan mereka; bila mereka merasa teknik yang
digunakan oran gtua mereka salah, biasanya mereka beralih ke tekni yang
berlawanan.
2.
Penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok
Semua orang tua dan guru, tetapi terutama
merek ayang muda dan tidak berpengalaman, lebih dipengaruhi oleh apa yang oleh
anggota kelompok mereka dianggap sebagai cara “terbaik” daripada oleh pendirian
mereka sendiri mengenai apa yang terbaik.
3.
Usia orang tua atau guru
Oran gtua dan guru yang muda cenderung
lebih demokratis dan permisif dibandingkan dengan mereka yang lebih tua. mereka
cenderung mengurangi kendali tatkala anak menjelang masa remaja.
4.
Pendidikan untuk menjadi orang tua atau guru
Orang tua yang telah mendapat kursus dalam
mengasuh anak dan lebih mengerti anak dan kebutuhannya lebih menggunakan teknik
demokratis dibandingkan oran tua yang tidak mendapat pelatihan demikian.
5.
Jenis kelamin
Wanita pada umumnya lebih mengerti anak dan
kebutuhannya dibandingkan pria, dan mereka cenderung kurang otoriter. Hal ini
berlaku untuk orang tua dan guru meupun untuk para pengasuh lainnya.
6.
Status sosio-ekonomi
Orang tua dan guru kelas menengah dan
rendah cenderung lebih keras, memaksa, dan kurang toleran dibandingkan mereka
yang dari kelas atas, tetapi mereka lbiah konsisten. Semakin berpendidikan,
semakin mereka menyukai disiplin demokratis.
7.
Konsep mengenai peran orang dewasa
Orang tua yang mempertaahankan konsep
tradisional mengenai peran orang tua, cenderung lebih otoriter dibandingkan
orang tua yang telah menganut konsep yang lebih modern. Guru yang yakin bahwa
harus ada tata-cara yang kaku dalamkelas lebih banyak menggunakan disiplin
otoriter dibandingkan guru yang mempunyai konsep mengajar yang demokratis.
8.
Jenis kelamin anak
Orang tua pada umumnya lebih keras terhadap
anak perempuan daripada terhadap anak laki-lakinya. Begitu pula para guru
cenderung lebih keras terhadap anak perempuan.
9.
Usia anak
Disiplin otoriter jauh lebih umum digunakan
untuk anak kecil daripada untuk mereka yang lebih besar. Apapun teknik yang
disukai, kebanyakan orang tua dan guru merasa bahwa anak kecil tidak dapat
mengerti penjelasan, sehingga mereka memusatkan perhatian mereka pada
pengendalian otoriter.
10.
Situasi
Ketakutan dan kecemasan biasanya tidak
diganjar hukuman, sedangkan sikap menantang, negativism, dan agres kemungkinan
lebih mendorong pengendalian otoriter.
Nah, jika harus memberi hukuman pada anak, bagaimana agar hukuman yang diberikan itu memiliki nilai positif? Ini dia jawabannya,... :)
Pokok-pokok hukuman
yang baik
1.
Hukuman harus disesuaikan dengan pelanggaran
dahrus mengikuti pelanggaran sedini mungkin sehingga anak akan mengasosiasikan
keduanya. Bila seorang anak memuang makanna ke lantai karena sedang
marah-marah, anak itu harus langsung membersihkannya.
2.
Hukuman yang diebrikan harus konsisten sehingga
anak itu mengetahui bahwa kapan saja suatu peraturan dilanggar, hukuman itu
tidak dapat dihindarkan.
3.
Apa pun bentuk hukuman yang diberikan, sifatnya
harus impersonal sehingga anak itu tidak akan menginterpretasikannya sebagai
“kejahatan” si pemberi hukuman.
4.
Hukuman harus konstruktif sehingga memberi
motivasi untuk yang disetujui secara social di masa mendatang.
5.
Suatu penjelasan mengenai alasan mengapa hukuman
diberika harus menyertai hukuman agar anak itu akan melihatnya sebagai andil
dan benar.
6.
Hukuman harus mengarah ke pembentukan hati
nurani untuk menjamin pengendalian perilaku dari dalam di masa mendatang.
7.
Hukuman tidak boleh membuat anak merasa terhina
atau menimbulkan rasa permusuhan.
Pssstt,... ternyata ada sisi positif dan negatifnya loh dibalik DISIPLIN itu,.. mau tau?? ini dia,.. :)
Fungsi disiplin yang
bermanfaat dan yang tidak bermanfaat
1.
Fungsi yang bermanfaat
a.
Untuk mengajar anak bahwa perilaku tertentu
selalu akan diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian.
b.
Untuk mengajar anak suatu tingkatan penyesuaian
yang wajar, tanpa menuntut konformitas yang berlebihan.
c.
Untuk membantu anak mengembangkan pengendalian
diri dan pengarahan diri sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk
membimbing tindakan mereka.
2.
Fungsi yang tidak bermanfaat
a.
Untuk menakut-nakuti anak
b.
Sebagai pelampiasan agresi orang yang
mendisiplin.
Okkeee,. finish juga akhirnya,.
[sebenernya ini tugas makalah ku nanti yang mau dipresentasikan setelah UTS, but, gak apa2 deng kalo mungkin aja ada temen kelas ku yang mau tau materinya terlebih dahulu, hehee,... #ngikik,..]
wokke,. tanpa berpanjang kali lebar lagi, selamat membaca,... semoga tulisan yang sedikit ini bisa bermanfaat,... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar