Jumat, 23 Maret 2012

Reward, Hadiah, Penghargaan, & Reinforcement_tugas makul Manj. Kelas ^^


A.    Hadiah
1.      Pengertian
Menurut Hendi Suhendi, hadiah adalah pemberian dari seseorang kepada orang lain tanpa adanya penggantian dengan maksud memuliakan.[1]
Ngalim purwanto mengatakan hadiah sama dengan ganjaran. Hadiah adalah salah satu alat pendidikan. Jadi, dengan sendirinya maksud hadiah itu adalah sebagai alat untuk mendidik anak-anaknya supaya anak merasa senang karena perbuatan dan pekerjaannya mendapat penghargaan. Umumnya, anak mengetahui bahwa pekerjaan atau perbuatannya yang menyebabkan ia mendapat ganjaran yang baik.[2]
2.      Macam-macam hadiah
Untuk menentukan ganjaran macam apakah yang baik diberikan kepada anak merupakan suatu hal yang sulit. Ganjaran sebagai alat pendidikan banyak sekali macamnya. Beberapa macam perbuatan atau sikap pendidik yang dapat merupakan ganjaran bagi anak didiknya:
a.       Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan suatu jawaban yang diberikan oleh seorang anak.
b.      Guru memberikan kata-kata yang menggembirakan (pujian) seperti, “rupanya sudah baik pula tulisanmu, Nak. Kalau kamu terus berlatih, tentu akan lebih baik lagi.”
c.       Pekerjaan dpat juga menjadi suatu syarat ganjaran. Contoh, “engkau akan segera saya beri soal yang lebih sukar sedikit, Nak. Karena nomor tiga ini rupanya agak terlalu baik engkau kerjakan.”
d.      Hadiah yang ditujukan kepada seluruh kelas sering sangat perlu. Misalnya, “karena saya lihat kalian telah bekerja dengan baik dan lekas selesai, sekarang saya (guru) akan mengisahkan sebuah cerita yang bagus sekali.” Hadiah untuk seluruh kelas dapat juga berupa bernyanyi atau pergi darmawisata.
e.       Hadiah dapat pula berupa benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak-anak. Misalnya; pensil, buku tulis, permen, atau makanan yang lain. Tetapi dalam hal ini guru harus berhati-hati dan bijaksana sebab benda-benda itu mudah benar ganjaran berubah menjadi “upah” bagi murid-murid.
3.      Syarat-syarat memberi hadiah
Bagi seorang pendidik memberi suatu ganjaran bukanlah soal yang mudah. Terkadang juga berpikir ganjaran-ganjaran macam apakah yang baik diberikan kepada peserta didik. Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan oleh pendidik:
a.       Untuk memberi hadiah yang p
4.      Adagogis perlu sekali guru mengenal betul-betul muridnya dan tahu menghargai dengan tepat. Hadiah dan penghargaan yang salah dan tidak tepat dpat membawa akibat yang tidak diinginkan.
5.      Hadiah yang diberikan kepada seorang anak hendaknya janganlah menimbulkan rasa cenburu atau iri hati bagi anak yang lain yang merasa pekerjaannya juga lebih baik, tetapi tidak mendapat ganjaran.
6.      Memberi hadiah hendaklah hemat. Terlalu kerap atau terus-menerus memberi ganjaran dan penghargaan akan menjadi hilang arti ganjaran itu sebagai alat pendidikan.
7.      Jaganlah memberi hadiah dengan menjanjikan terlebih dahlu sebelum anak-anak menunjukkan prestasi kerjanya apalagi bagi ganjaran yang diberikan kepada seluruh kelas. Hadiah yang telah dijanjikan terlebih dahulu, hanyalah akan membuat anak-anak terburu-buru dalam bekerja dan akan membawa kesukaran-kesukaran bagi beberapa orang anak yang kurang pandai.
8.      Pendidik harus berhati-hati memberi hadiah, jangan sampai hadiah yang dibeirkan kepada anak-anak diterimanya sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukannya.[3]
B.     Reinforcement
1.      Pengertian
Reinforcement dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia adalah penguatan. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, reinforcement adalah proses, cara, perbuatan, menguati atau menguatkan.[4]
Istilah reinforcement (peneguhan atau penguatan) berasal dari skinner salah seorang ahli psikologi belajar behavoristik, dia mengartikan reinforcement sebagai setiap konsekuensi atau dampak tingkah laku yang memperkuat tingkah laku tertentu. Reinforcement juga dapat diartikan stimulus yang meningkat kemungkinan timbulnya respon tertentu.
2.      Macam-macam reinforcement
Reinforcement terbagi menjadi dua, yaitu reinforcement positif dan reinforcement negative. Reinforcement  positif identik dengan hadiah (reward), sedangkan yang negative identik dengan pemberian hukuman. Namun perlu adanya penelitian lebih jauh untuk reinforcement negative karena mengandung dua akibat. Bisa berakibat terhentinya perilaku dan juga bisa membuat perilaku diulangi lagi.

End then,... ini tambahan materi dari buku yang lain,... ^_~
Sumber: Drs. Thoifuri, M.Ag. 2007. Menjadi Guru Inisiator. Semarang: Rasail Media Group
a.      Metode penghargaan
Metode ini mengedepankan kegembiraan dan positif thinking, yaitu memberikan hadiah pada anak didik, baik yang berprestasi akademik maupun yang berperilaku baik. Penghargaan hadiah dianggap sebagai media pengajaran yang preventif dan representative untuk membuat senang dan menjadi motivator belajar anak didik. Maksudnya, pemberian hadiah harus didahulukan daripada hukuman, karena pemberian hadiah lebih baik pengaruhnya dalam usah aperbaikan pengajaran. Dan bagi guru inisiator tentu mudah melaksanakan metode ini, karena ia ingin selalu dekat dan menjadi sumber inspirasi anak didiknya.
Adapun kelebihan metode ini adalah mampu menciptakan kompetisi obyektif peserta didik untuk melakukan hal-hal yang positif dan progresif, serta dapat menjadi motivasi siswa lainnya untuk belajar lebih giat lagi. Kekurangan metode ini adalah dapat menimbulkan dampak negative manakala guru berlebihan dalam melakukannya, sehingga mengakibatkan siswa besar kepala, sombong, dan merasa dirinya lebih baik dan lebih tinggi dari teman-teman lainnya. 
Contoh di kelas seperti apa yang dilakukan pak Agung dengan memberikan reward berupa point-point tambahan bagi mahasiswa yang bertanya, memberi tanggapan atau tambahan, dan menjadi moderator.
b.      Metode hukuman
Metode ini berlawanan dengan metode pemberian hadiah. Metode pengajaran hukuman memang perlu (suatu saat) diterapkan pada anak didik agar ia tidak mudah melakukan tindak negative. Metode ini sebagai media preventif dan represif bagi siswa sebagai implikasi perbuatannya yang tidak baik.
Bagi guru, bukan berarti tidak diperbolehkan menggunakan metode pengajaran hukuman ini. Guru ini boleh menerapkannya dalam kondisi terpaksa setelah melihat penyimpangan anak didiknya yang sudah tidak bisa ditolerir lagi. Metode hikuman sebagai jalan terakhir dengan prinsip tidka menyakiti secara fisik, melainkan hikuman yang bersifat ekademik dan edukatif dengan tujuan menyadarkan siswa dari kesalahan yang diulang-ulang.
Kelebihan metode pengajaran hukuman ini adalah untuk memperbaiki kesalahan siswa, sehingga tidak mengulangi kesalahan yang sama. Bagi guru tentunya tanggap bahwa kesalahan pada anak didiknya satu kali saja sudah merasa sebagai kegagalan dalam mengajar. Oleh karenanya, metode ini diterapkan agar siswa merasakan akibat perbuatannya sehingga ia akan menghormati guru dan dirinya sendiri.
Kelemahan metode ini adalah jika hukuman yang diberikan tidak bersifat akademik, maka akan membangkitkan emosional anak didik, suasana menjadi rusuh, tidak kondusif, anak takut, kurang percaya diri, pemalas dan yang paling tragis lagi adalah mengurangi keberanian siswa untuk mengelurkan pendapat dan berbuat. Yang artinya, tidak hanya sakit secara fisik saja, tapi juga kondisi psikisnya.





[1] Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007), hlm.211.
[2] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hlm.182.
[3] Ibid, hlm.182.
[4] Tim Penyusun Kamun Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm.468.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar